Batam, – Kemajuan teknologi yang di antaranya ditandai dengan penggunaan mesia sosial secara masif di masyarakat, tak jarang memantik munculnya radikalisme dan aksi terorisme. Sebagai wujud upaya pencegahan, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengkampanyekan tips yang disebut ‘3T’.
Pencegahan penyebarluasan radikalisme dan aksi terorisme sebagai dampak kemajuan teknologi, dikemas oleh BNPT melalui kegiatan Literasi Digital sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat, yang dilaksanakan bersama 32 Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme se-Indonesia. Kamis (5/4/2018), kegiatan itu dilaksanakan di Batam, Kepulauan Riau. Lantas, apa saja 3T yang dikampanyekan itu?
Pertama, masyarakat didorong untuk tidak mudah menerima informasi apa saja yang diterimanya di media sosial. Tips kedua adalah tidak mudah menyebarluaskan konten dan ketiga adalah tidak mudah terprovokasi dalam menyikapi sebaran konten di media sosial.
“Kami menyingkatnya dengan istilah saring sebelum sharing. Istilah itu yang sekaligus kami jadikan tema kegiatan kita di pagi hari ini,” kata Kepala Seksi Penelitian dan Evaluasi Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Puput Agus Setiawan.
Puput menambahkan, jutaan konten dalam bentuk informasi, gambar dan video yang diterima masyarakat melalui media sosial yang digunakannya. Dibutuhkan kesadaran untuk bersedia menelaah kebenarannya, serta menyaring apabila akan menyebarluaskannya kembali. “Sementara yang terjadi sekarang tak jarang asal suka kita share apa yang kita terima. Kami mendorong masyarakat untuk berlaku cerdas dan bijak dalam menggunakan media sosial,” katanya.
Terkait dampak sebaran konten negatif di media sosial dan korelasinya dengan radikalisme, Puput menyebut akibat yang ditibulkannya. Konten negatif dapat mengakibatkan lunturnya nilai-nilai luhur dalam bermasyarakat, antara lain toleransi beragama dan bermasyarakat.
“Jika tidak cerdas dan bijak bermedia sosial, kita yang sebelumnya bersaudara bisa dengan mudah mengkafirkan dan menyalahkan. Ini yang harus diwaspadai bersama, karena sikap inilah yang menjadi benih aksi-aksi terorisme,” tegas Puput.
Ketua FKPT Kepulauan Riau, Reni Yusneli, mengapresiasi kegiatan literasi digital yang diinisiasi oleh BNPT tersebut. Diakuinya, meskipun informasi dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya, sikap cerdas dan bijak dibutuhkan untuk merespon bagaimana dan apa informasi tersebut diperoleh.
“Di Batam situasinya tak jauh berbeda dengan daerah lain di Indonesia, informasi apapun bisa dengan mdauh didapatkan masyarakat. Karena itu, kami mengapresiasi dan mendukung penuh pelaksanaan kegiatan ini,” tutup Reni.
Kegiatan Literasi Digital sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat dilaksanakan BNPT dan FKPT dengan menggandeng sejumlah pihak sebagai pemateri, antara lain Dewan Pers dan pegiat media sosial. Dalam pelaksanaannya, peserta juga akan dilatih membuat dan menyebarluaskan konten positif di media sosial, sebagai wujud perlawanan terhadap penyebarluasan konten negatif. [shk/shk]