Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, program bela negara penting untuk mencegah radikalisme.
Menurutnya, bela negara memiliki nilai-nilai cinta Tanah Air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai ideologi negara, serta rela berkorban untuk bangsa dan negara.
“Inilah pentingnya bela negara untuk mencegah radikalisme. Radikalisme apa saja. Caranya dengan melatih kepemimpinan, baik mandiri maupun berkelompok,” ujar Muhadjir dalam keterangannya, Jumat (4/9).
Karena itu, dia meminta kampus menggencarkan pendidikan bela negara agar mahasiswa tak terpengaruh radikalisme. Sebab, mahasiswa adalah ujung tombak dalam upaya membela negara.
Namun pada dasarnya, Muhadjir meyakini, sikap radikal sangat penting dimiliki mahasiswa dalam mencari kebenaran hingga ke akar-akarnya, terutama saat sedang mengerjakan tesis.
“Sikap radikal ini sebetulnya positif, tapi ketika dilabeliisme sering dimaknai tidak baik apalagi jika dikaitkan dengan politik. Faktanya radikalisme di kampus itu ada sehingga itu jadi tanggung jawab kita semua untuk membentengi dengan jiwa bela negara,” beber dia.
Di sisi lain, Muhadjir menekankan, menjadi seorang mahasiswa selain harus memiliki jiwa bela negara, harus memiliki keberanian. Berani untuk keras terhadap diri sendiri sehingga terbentuk mental dan jiwa kepemimpinan.
“Bersikap keras pada diri sendiri adalah prasyarat kalau kita ingin berhasil dalam kehidupan dan menjadi pemimpin. Saat kita bisa menghindarkan diri dari pengaruh negatif terutama yang mengarah pada sikap radikal dan intoleran bahkan sampai ekstrem melakukan tindakan kekerasan, maka kita juga akan bisa menyelamatkan Indonesia dari berbagai ancaman,” tuturnya.