Jakarta – Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengungkapkan rendahnya literasi beragama yang dimiliki oleh takmir atau pengurus masjid di Indonesia.
Kamaruddin mengatakan terdapat hasil penelitian yang menyebutkan hal tersebut. Meski dirinya menyebut banyak pula takmir masjid yang memiliki pengetahuan agama yang mumpuni.
“Literasi takmir kita itu juga rendah, literasi agamanya. Jadi pengurus-pengurus masjid itu tingkat pengetahuan agamanya rendah, ada yang bagus banyak. Banyak yang bagus tapi banyak juga yang rendah,” ujar Kamaruddin dalam keterangannya, Senin (21/9).
Menurut Kamaruddin, rendahnya tingkat literasi para takmir tersebut dapat membuat ideologi ekstrim masuk ke dalam lingkungan masjid. Ia menilai hal ini merupakan tantangan serius, karena masjid sumber pengetahuan keagamaan yang penting bagi umat Islam.
“Sehingga mereka tidak bisa menyeleksi atau tidak bisa memproteksi masjidnya dari potensi-potensi. Masuknya potensi penetrasi pikiran-pikiran atau bahkan ideologi ekstrim masuk ke masjid,” ungkap Kamaruddin.
Untuk itu ia berjanji akan memberikan edukasi terkait literasi pemahaman agama yang rahmatan lil’alamin kepada takmir masjid guna mencegah masuknya ideologi ekstreamis alias radikalisme di wilayah Masjid.
Kamaruddin menilai diperlukan penguatan pengetahuan para takmir agar dapat membendung ideologi tersebut.
Kemenag bakal melakukan program pelatihan kepada para takmir maupun imam masjid untuk memberikan pembekalan mengenai moderasi beragama.
Menurut Kamaruddin, dibutuhkan standar bagi imam masjid, pengurus masjid di semua level dan tingkatan. Meski begitu, dirinya menegaskan bahwa Kemenag tidak akan melakukan standardisasi terhadap para takmir.
“Bukan standardisasi sebenarnya, tapi pelatihan-pelatihan lah, tidak kita standardisasi. Tidak juga kita sertifikasi takmir ini,” tutur Kamaruddin.