Jombang – Universitas Wahab Hasbullah (Unwaha) Jombang bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar pendampingan Pandu Digital di Auditorium Unwaha pada Senin (10/7/2023).
Wakil Rektor III bidang kemahasiswaan Unwaha, KH Wafiyul Ahdi dalam sambutannya menyampaikan, hari ini santri dan mahasiswa penting untuk melek terhadap dunia digital.
“Pentingnya era digital dan melek digital ini sebagaimana telah disampaikan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib, yaitu didiklah anakmu sesuai dengan zamannya. Dan hari ini adalah era digital, tentu penting kita simak apalagi untuk para tim media Bahrul Ulum atau Unwaha Jombang,” ujar Gus Wafi, sapaannya, dikutip dari NU Online.
Gus Wafi berharap rangkaian acara ini tidak hanya sebatas seremonial saja, melainkan harus ada pendampingan atau tindak lanjut yang jelas.
“Harapan besar dari gelaran ini tidak lain adalah berkelanjutan. Hal ini berguna untuk pembibitan sumber daya manusia yang unggul,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif TIK Cerdas, Novianto Puji Raharjo saat menjadi narasumber menuturkan pentingnya belajar agama di dunia maya. Seperti fenomena self radicalisation. Kemudian pembungkusan nilai esktrem agama melalui dunia maya sebagai upaya pemasaran.
“Di Indonesia, tercatat sebanyak 200.000 jumlah penduduk pengguna internet dan 80% umat Islam adalah pengguna internet aktif. Dan mirisnya hanya 10% yang belajar dengan guru yang jelas, sehingga jelas radikalisme agama di dunia maya masih menjadi topik paling menarik guna pembibitan paham ekstremisme karena mempermudah indoktrinasi personal,” katanya.
Ia melanjutkan, bahwa hal tersebut ternyata juga dikuatkan oleh data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terbaru yang menyajikan generasi milenial adalah bagian paling rentan dalam paparan radikalisme.
“Sesuai survey BNPT, 80% milenial rentan terpapar radikalisme. Potret ini muncul karena ketidakmampuan dan ketidakcakapan dalam memilah dan memilih konten yang dilihat. Ini jelas bahwa usaha belajar agama secara online, sanadnya tidak jelas,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menekankan ada beberapa cara dalam upaya untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme bagi para milenial. Salah satunya adalah melalui pesantren.
“Pesantren masih menjadi tempat paling tepat dalam pembelajaran agama yang sesuai dengan nilai agama dan falsafah kebangsaan, tidak sebatas mengikuti kajian ustadz-ustadz online. Paling jelas belajar agama di pesantren, tidak akan mengajarkan radikalisme islam,” pungkasnya.
Untuk diketahui, acara ini dihadiri langsung oleh Wakil Rektor III bidang kemahasiswaan KH Wafiyullah Ahdi, serta para narasumber di antaranya Direktur Eksekutif TIK Cerdas Novianto Puji Raharjo, Content Creator Umar Faruq dan Praktisi Digital Marketing Agus Gunawan. Acara ini juga digelar secara online dengan melibatkan 400 mahasiswa.