Sleman – Masuknya ideologi radikalisme di kampus menjadi perhatian serius Menteri Riset, Tehnologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohammad Nasir. Persoalan radikalisme harus dapat dicegah sedini mungkin dan hal tersebut menjadi tanggung jawab rektor.
“Jadi semua perguruan tinggi kita menuju pada kelas dunia, maka ini (masalah internal kampus) harus kita selesaikan,” kata Nasir seusai menjadi keynote speaker di Auditorium Sukadji Ranuwihardjo MM FEB UGM, Sleman, seperti dikutip dari laman detik.com, Senin (2/7/2018).
“Maka urusan yang ada di internal, rektor harus bertanggung jawab bagaimana menghindari masalah radikalisme, intoleransi,” lanjutnya.
Nasir mengatakan bahwa persaingan di tataran global sekarang ini membutuhkan kwalitas yang baik, oleh karena itulah kampus sebagai tempat untuk mencetak kader-kader bangsa akan sangat sulit bersaing jika masih terdapat banyak masalah. maka, setiap kampus harus berbenah tak terkecuali dalam menghadapi radikalisme dan intoleransi.
“Kita harus berikan kesempatan supaya (perguruan tinggi) menuju pada persaingan global yang lebih baik,” ungkapnya.
Untuk menangani radikalisme di kampus, Nasir meminta setiap rektor melakukan pendataan terhadap seluruh civitas akademikanya. Data tersebut bisa menjadi acuan dalam menangani masalah radikalisme tersebut.
“Saya minta rektor mendata baik itu dosen, mahasiswa, pegawai, semua harus ada pendataan itu. Ya itu nanti ada peraturan yang mengatur (civitas akademika yang tergabung dengan organisasi terlarang),” pungkas dia.