Jakarta – Menangkal paham radikalisme yang merupakan embrio terorisme harus rutin disosialisasikan. Generasi muda khususnya mahasiswa harus bisa diantisipasi agar tak terserap paham tersebut.
Universitas Surakarta (UNSA) tergerak, dengan menggelar seminar nasional bertajuk Berintelektual dan Berpolitik untuk Mencegah Radikalisme di Era Milenial. Kegiatan ini digelar di Auditorium Prof. Dr. H.S Brodjo Sudjono UNSA Solo, kemarin (24/7/2023).
Rektor UNSA Astrid Widayani menuturkan, perguruan tinggi memiliki peran yang cukup signifikan untuk menjadi filter dan sumber keilmuan untuk mencegah paham radikalisme. UNSA telah menerapkan pembelajaran 4A, yakni anti korupsi, anti narkoba, anti perundungan dan kekerasan seksual, serta anti intoleransi.
“Kami berharap agar UNSA bisa diisi dengan transfer knowledge, bukan malah dimanfaatkan sekelompok orang radikalisme,” ucapnya dalam pembukaan seminar anti radikalisme di UNSA.
Ada lima deklarasi kebangsaan untuk melawan radikalisme. Lima poin tersebut yakni, satu ideologi Pancasila, satu konstitusi Undang-Undang Dasar 1945, satu Negara Republik Indonesia, satu semboyan Bhineka Tunggal Ika, dan satu tekad melawan radikalisme dan intoleransi.
Setiap mahasiswa jika menemui adanya unsur-unsur radikalisme di lingkungan kampus diharapkan untuk saling mengingatkan.
“Indonesia itu negara yang heterogen, maka adanya kelompok-kelompok yang seperti itu perlu disikapi dengan bijaksana,” imbuhnya.
Bentuk nyata, dalam mencegah adanya radikalisme di kampus, Rektor UNSA akan membuat satuan tugas khusus (satgas) yang bertugas mengawasi. Sehingga peran kampus sebagai filter bisa dilakukan secara optimal. Pemantauan tersebut menurutnya bukan sebuah kecurigaan, namun lebih pada cara dan upaya yang tegas agar kampus tidak menjadi sarang radikal.
“Jadi kami tegaskan untuk mahasiswa agar saling mengingatkan, karena mahasiswa ini rentan terkena radikalisme secara tidak sadar,” imbuhnya.
Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa turut hadir dan jadi pembicara dalam seminar tersebut. Teguh mengungkapkan, peran generasi milenial sangat dibutuhkan untuk mencegah munculnya kelompok-kelompok radikalisme. Kampus sebagai sumber intelektual, diharapkan bisa menjadi filter mencegah munculnya radikalisme.
“Bentuk sederhana dari anti radikalisme untuk generasi milenial saat ini, salah satunya jangan sampai golput. Ikutlah berkontribusi untuk aspirasi berpolitik,” ucapnya. (