Makassar – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dinilai berperan penting untuk memberikan pemahaman ke seluruh masyarakat agar tidak mudah terpengaruh paham radikal. Kelompok-kelompok anti-Pancasila diketahui masih menyebarkan pengaruhnya yang membahayakan keutuhan NKRI.
“Bagaimana pendidikan Pancasila itu harus dimasyarakat kan kembali, dibumikan lagi tentunya dengan pendekatan yang sesuai dengan umur. Tentunya itu yang harus dilakukan,” ujar Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar Faisal Abdullah dalam keterangan tertulisnya, Minggu (3/11).
Faisal juga menyampaikan bahwa pemahaman tentang Pancasila, UUD 1945 dan Kebhinekaan dalam diri masyarakat harus sama. Dia juga menilai pendidikan bela negara penting sehingga dapat memberikan pemahaman kebangsaan secara utuh.
“Sehingga kita tidak mudah untuk disusupi oleh paham-paham yang menjurus radikalisme negatif seperti anti-terhadap Pancasila, NKRI ataupun Kebhinekaan yang kita miliki ini,” tuturnya.
Tak lupa, Faisal mengingatkan, pemuda sebagai calon pemimpin masa depan bangsa harus memiliki semangat bernegara, punya cita-cita dan tujuan agar tidak mudah terpengaruh iming-iming ideologi lain. Selain itu, lanjutnya, hal ini sebagai upaya bersama dari para pemuda Indonesia untuk melawan radikalisme yang dapat merusak persatuan Indonesia.
“Maksud saya, anak-anak muda sekarang ini harus diarahkan dan tetap on the track guna membangun bangsa menjadi lebih besar. Apalagi dengan cita-cita 100 tahun Indonesia merdeka, kita sudah bisa mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dan bernilai,” kata Deputi bidang Pemberdayaan Pemuda di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) ini.
Selain itu pemerintah juga diminta terus melakukan sosialisasi kebangsaan kepada masyarakat dari tingkat nasional hingga ke desa. Dialog kebangsaan harus terus dilakukan untuk mencegah masuknya paham radikal terorisme.
“Kita harus jemput bola untuk memperkuat kebangsaan dan nasionalisme. Apalagi gangguan intoleransi, radikalisme, dan terorisme sangat nyata di depan kita,” kata Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing.
Dia juga tidak sependapat dengan klaim beberapa pihak yang mengatakan radikalisme itu dari satu kelompok kepercayaan tertentu. Menurutnya, radikalisme juga bisa berasal dari kelompok kepercayaan yang lain.
“Mari kita perkuat jiwa kebangsaan dan nasionalisme. Kita harus mengikis habis radikalisme dari Indonesia,” tegasnya.
Tak lupa, dia meminta generasi muda harus aktif melawan radikalisme, terutama di internet dan media sosial (medsos). Pasalnya generasi muda menjadi salah satu sasaran utama penyebaran paham-paham negatif tersebut.
“Generasi muda harus bisa membentengi diri, kemudian melakukan serangan balik. Dan itu bisa dilakukan bila generasi muda benar-benar memahami makna Sumpah Pemuda, Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,” tandasnya.