Cegah Paham Kekerasan, BNPT Bangun Sinergi Dengan Da’i di Sulawesi Selatan

MAKASSAR – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) kembali membangun sinergi dengan da’i se-Sulsel dalam dialog “Pelibatan Da’i Dalam Program Islam Damai Untuk Pencegahan Paham Radikal Terorisme”. Kegiatan ini dihadiri oleh Deputi I BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. H. Nasarudin Umar, Wakil Bupati Kabupaten Maros Drs. H. Andi Harmil Mattorang, Kemenag Kabupaten Maros Drs. H. Syamsuddin, M.Pd, Ketua MUI Kabupaten Maros Drs. Syamsul Halik, Dandim Kabupaten Maros Letkol. Inf. Sunarto, S.Pd dan beberapa Tokoh Agama, Pimpinan Ormas Islam di Kabupaten Maros.
Pidato kunci (keynote speech) dalam kegiatan ini dibawakan oleh Deputi I BNPT. Dalam sambutannya, Mayjen Abdul Rahman Kadir sangat mengapresiasi kegiatan FKPT kali ini yang telah berupaya menggandeng dan membangun sinergi dengan para tokoh agama, pimpinan ormas keagamaan dan para da’i. Menurutnya, tak ada yang meragukan lagi bahwa para dai dan tokoh agama merupakan elemen penting dalam memberikan pencerahan keagamaan di tengah masyarakat.
“Tujuan dari kegiatan dialog ini yaitu pertama untuk mengajak para tokoh agama dalam hal ini para da’I untuk berkontribusi terhadap upaya pencegahan terorisme yang telah secara sengaja memanfaatkan Islam sebagai topeng dan tameng berbagai aksinya. Kedua, agar masyarakat tahu berbagai kebijakan yang telah dilakukan oleh negara dalam pengalaman menanggulangi terorisme dan BNPT lahir melengkapi strategi dan kebijakan nasional penanggulangan terorisme dengan mengkombinasi pendekatan keras dan pendekatan lunak. Terakhir, agar masyarakat berani dan seluruh komponen bangsa bersatu memerangi tindakan terorisme, serta semangat kebersamaan yang harus kita rawat dan pelihara,” papar pria asli Makassar ini.
Pada kesempatan itu, Mayjen Abdul Rahman Kadir mengajak tokoh agama untuk senantiasa meningkatkan ketahanan diri dari pengaruh paham radikal terorisme, khususnya ISIS. Selain itu, tokoh agama dan masyarakat wajib membangun deteksi dini melalui kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
“Terorisme bisa terjadi di mana pun  dan kapan pun. Para pelaku juga merupakan bagian dari masyrakat yang setiap saat mendiami dan ada di lingkungan sekitar kita. Semoga kegiatan ini menjadi momentum kita bersama dalam menyelamatkan bangsa ini dari berbagai bentuk ancaman keamanan masyarakat dan kedaulatan NKRI,” kata mantan Sestama BNPT ini.