Solo – Organisasi nonpemerintah ‘Solo Bersimfoni’ berkomitmen mengantisipasi penyebaran radikalisme dan intoleransi di kalangan masyarakat khususnya lingkungan sekolah. Untuk itu, ‘Solo Bersimfoni’ mendorong adanya regulasi yang melarang intoleransi dan radikalisme.
Ketua Solo Bersimfoni Farid Sunarto, di Solo, Senin (19/12/2022), mengatakan salah satu program yang dilaksanakan adalah menyebarkan nilai budaya lokal yang disebut Hasthalaku atau delapan perilaku, yakni gotong royong, guyub rukun, grapyak semanak atau ramah, lembah manah atau rendah hati, ewuh pekewuh yakni sopan santun, andhap ashor yang juga dapat diartikan rendah hati, serta tepa selira yang berarti menjaga perasaan sesama.
“Kami memiliki relawan untuk menyebarkan Hasthalaku di sekolah-sekolah, tepatnya ada 100 relawan di Solo Raya,” katanya.
Terkait program yang dilaksanakan tersebut, jelasnya, banyak melakukan tindakan yang bersifat fundamental. Artinya upaya pencegahan radikalisasi yang meliputi membangun kesiapsiagaan, melakukan kontra radikalisasi, dan deradikalisasi di kalangan pelajar atau remaja.
“Kami juga memberikan perubahan dan dampak positif terhadap masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam membangun toleransi dan perdamaian,” jelas Farid.
Terkait dengan Hasthalaku tersebut sudah dimasukkan sebagai nilai luhur budaya daerah dan tertuang dalam Perwali Kota Surakarta Nomor 49 Tahun 2019 tentang Penyadaran, Pemberdayaan, dan Pengembangan Pemuda.
Untuk program pencegahan intoleransi dan kekerasan di sekolah, Solo Bersimfoni menginisiasi model Sekolah Adipangastuti. Sejauh ini sudah ada tujuh Sekolah Adipangastuti yakni SMAN 1 Surakarta, SMAN 6 Surakarta, SMAN 3 Sragen, SMAN 1 Gemolong, SMAN 1 Kartasura, SMAN 2 Boyolali, dan SMAN 1 Karanganyar.
Pada tahun ini, pihaknya menargetkan penambahan sebanyak 14 Sekolah Adipangastuti di Jawa Tengah. Atas komitmen tersebut, pada Rabu (21/12), Solo Bersimfoni akan memperoleh penghargaan Anugerah Revolusi Mental Tahun 2022 dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).