Jakarta – Masih masifnya penyebaran paham radikalisme dan terorisme di masyarakat, membuat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tidak henti-hentinya melaksanakan upaya pencegahan terhadap ancaman penyebaran paham radikalisme dan terorisme tersebut. Ini dilakukan guna meminimalisir penyebaran pengaruh paham radikal terorisme yang tidak hanya ditujukan pada masyarakat, pelajar ataupun mahasiswa saja, tetapi juga para pemimpin yang ada di lembaga negara..
Ini tentunya sangat berguna untuk menumbuhkan dan menguatkan daya tangkal terhadap pengaruh paham radikal dan terorisme di lingkungan lembaga-lembaga negara maupun pemerintah. Hal tersebut terlihat saat Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis saat memberikan Pendalaman Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme dalam program ekolah Pimpinan Madya Bank Indonesia (SESMAMBI) Angkatan II Tahun 2019.
“Para calon pimpinan harus memiliki wawasan kebangsaan yang tinggi agar dalam mengelola negara nantinya menjadi baik dan sejalan dengan konsensus dasar NKRI. Apalagi di lembaga seperti Bank Indonesia (BI) ini memiliki peran vital dalam mengatur kebijakan perbankan di Indonesia,” kata Deputi I BNPT Mayjen TNI Hendri P. Lubis usai acara tersebut yang berlangsung di Kampus Bank Indonesia Institute, Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (10/12/2019).
Dihadapan para audience Deputi I BNPT menjelaskan bahwa betapa cepatnya perkembangan teknologi informasi yang telah mengubah etika dan perilaku masyarakat saat ini. Yang mana dalam perkembangannya dunia maya malah dijadikan sebagai media bagi para oknum radikal untuk menyebarkan paham-paham radikal terorisme.
“Tentunya ini semakin meyakinkan radikalisme dan terorisme dapat terjadi dimanapun, kapanpun kepada siapapun tanpa terkecuali. Untuk itu saudara-saudara semua harus berhati-hati juga dalam memggunakan dunia maya termasuk media sosial. Karena kelompok-kelompok itu menggunakan itu semua dalam melakukan propagandanya secara halus. Banyak masyarakat yang terekrut dari dunia maya ini,” ujar mantan Komandan Satuan Induk (Dansat) Induk Bais TNI ini.
Dijelaskan Deputi I BNPT, selama ini kelompok radikal terorisme sangat aktif menggunakan dunia maya sebagai alat penyebaran propagandanya diantaranya dikarenakan dunia maya sangat mudah di akses, cepat menyebar, susah dikontrol, audience yang luas dan tentunya juga sangat murah.
“Anda harus bisa mengantisipasinya ketika menerima informasi itu. Anda semua harus bersikap kritis terhadap informasi yang diterima. Jangan mudah percaya begitu saja. Harus di cek validasi dan kredibilitas dari sumber berita itu. Periksa juga kontennnya dan bandingkan dengan sumber yang lain. Bahkan anda harus berani mendiskusikan dengan orang terdekat atau komunitas di lingkungan anda,” kata Menyjen Hendri mengingatkan
Di akhir acara, alumni Akmil tahun 1986 ini juga berpesan kepada para calon pemimpin Bank Indonesia agar dapat menerapkan dan mengimplementasikan khususnya yang berkaitan dengan wawasan kebangsaan.
“Karena bangsa kita ini terdiri dari empat konsensus dasar yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika yang tidak boleh dilanggar. Karena kalau empat konsensus tersebut dilanggar maka yang bersangkutan tidak layak tinggal di Indonesia,” ujar mantan Komandan Korem (Danrem) 173/Praja Vira Braja, Kodam XVII/Cenderawasih ini.
Oleh karena itu mantan Dansat Intel Bais TNI ini juga meminta kepada para pegawai BI ini untuk dapat menanamkan rasa nasionalisme, pengamalan Pancasila dan kecintaanya terhadap NKRI. Karena hal tersebut bisa menjadi jangkar keyakinan berbangsa dan bernegara.
“Perkaya juga wawasan keagamaan dan mendalaminya melalui tokoh agama yang terpercaya serta memiliki pandangan yang moderat atau damai. Bentengi juga keyakinan diri anda terhadap provokasi, hasutan ataupun pola rekruitmen kelompok teroris baik di lingkungan masyarakat sekitar dan dunia maya,” kata pria yang karir militernya dibesarkan di Korps ‘Baret Merah’Kopassus TNI-AD ini.
Seperti diketahui, acara yang bertujuan untuk menyiapkan calom pemimpin Bank Indonesia yang kompeten, professional, memiliki kepemimpinan dan akhlak mulia diikuti oleh sebanyak 40 peserta dari berbagai wilayah kerja BI yang ada di seluruh Indonesia.
“Untuk itulah saya tadi memberikan berbagai pemahaman kepada para pegawai BI ini mengenai wawasan kebangsaan dan nasionalisme untuk menangkal radikalisme yang ada di lingkungan sekitarnya. Jadi mereka bersama masyarakat juga harus ikut berperan untuk mewaspadai lingkungan sekitar dan melaporkan kalau ada penyebaran paham-paham seperti itu,” ujar mantan Komandan Grup 3/Sandi Yudha Kopassus ini mengakhiri.