Jakarta – Program deradikalisasi dengan soft power approach yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terbukti menyadarkan mantan pelaku tindak pidana teroris dan keluarganya. Itu terbukti dengan keberadaan Yayasan Lingkar Perdamaian di Desa Tenggulun, Lamongan, yang merupakan kampung bomber Bom Bali, Amrozi dan Muklas. Juga terbangunnya Pondok Pesantren Al Hidayah di Sei Mencirim, Deliserdang, yang santrinya adalah anak-anak mantan teroris.
Program soft power approach ini mulai diterapkan selama tiga tahun kepemimpinan Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, sebagai Kepala BNPT. Gebrakan humanis Suhardi Alius ini terbukti mampu menaklukkan hati para mantan teroris untuk kembali ke pangkuan NKRI.
Baca juga : Uni Eropa Identifikasi 23 Negara Pendana Terorisme
“Tidak banyak orang seperti ini. Butuh kesabaran tingkat tinggi melakukan hal seperti itu,” kata guru bangsa Buya Ahmad Syafi’i Maarif saat menjadi narasumber peluncuran buku karya Komjen Suhardi Alius “Catatan Suhardi Alius: Memimpin Dengan Hati: Pengalaman sebagai Kepala BNPT”di Audiorium Lemhanas, Jakarta Pusat, Kamis (14/2/2019).
Buya Syafi’i menambahkan, tak banyak orang seperti Suhardi yang bisa menekan radikalisme di Indonesia.
“Orang ini berbeda dengan yang lain. Kalau orang seperti ini diperbanyak, radikalisme bisa berkurang,” tukas mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.