Pangkal Pinang – Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin membuka Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-7 Tahun 2020 di Pangkal Pinang, Bangka Belitung. Kongres itu mengusung tema ‘Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia Untuk Mewujudkan NKRI yang Maju, Adil, dan Beradab’.
Ma’ruf Amin mengatakan, tema itu sejalan dengan harapannya agar umat Islam dapat mengambil peran lebih signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dia bilang sebagai bagian terbesar dari bangsa ini, umat Islam mempunyai tanggung jawab.
“Kongres Umat Islam Indonesia ini harus mampu mengurai dan mencarikan solusi atas berbagai masalah yang menyangkut umat, bangsa, dan negara,” kata Wapres Ma’ruf, dikutip merdeka.com, Rabu (26/2).
Dia menambahkan, umat Islam harus mampu menghasilkan arah pembangunan nasional dan mampu mewujudkan kualitas umat terbaik atau khaira ummah dalam lima gatra. Yaitu aspek politik, ekonomi, hukum, pendidikan-kebudayaan, dan kehidupan beragama dalam wadah kesatuan NKRI dan dunia sebagai manifestasi dari Islam Wasathiyah dan rahmatan lil’alamiin.
Dia menambahkan, kongres umat Islam Indonesia perlu didorong agar menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara efektif dengan menjadikan ulama sebagai panutan atau qudwah hasanah. Sehingga, mampu mengarahkan dan membina umat Islam agar berperan lebih aktif dalam mengisi dan mewarnai kehidupan berbangsa bernegara.
“Saya mendukung sepenuhnya Kongres Umat Islam Indonesia ini. Kita harus merapatkan barisan dan bersinergi untuk membangun umat, bangsa, dan negara, sehingga Indonesia makin maju dan sejahtera dalam berbagai dimensi, seperti pendidikan, keagamaan, dan perekonomian, dan sebagainya,” tuturnya.
Wapres Ma’ruf Amin memaparkan, visi Indonesia ke depan adalah Indonesia maju, sejahtera, dan tidak hanya berada pada posisi negara pendapatan menengah. Tetapi menjadi negara pendapatan tinggi dengan melahirkan sumber daya manusia yang unggul, sehat, cerdas, produktif, berdaya saing, berakhlak mulia dan memiliki komitmen kebangsaan. Kuncinya terletak pada pendidikan, baik formal maupun pendidikan vokasi.
Tetapi, Indonesia maju tidak akan bisa dicapai jika situasi dan kondisi tidak kondusif. Karena itu kita perlu mengikhtiarkan kondusivitas bangsa dan negara melalui penguatan komitmen kebangsaan terutama Pancasila dan UUD 1945.
“Karena itu, kita secara bersama-sama harus mencegah kemungkinan adanya kelompok-kelompok yang keluardari komitmen kebangsaan ini. Kita juga harus mencegah timbulnya radikalisme maupun sikap intoleran,” ujarnya.
Wapres menuturkan, radikalisme sebenarnya bukan soal pakaian atau penampilan luar. Tetapi lebih pada cara berpikir, bersikap dan cara bertindak. Oleh karena itu, upaya-upaya yang harus umat Islam lakukan adalah meluruskan cara berpikir, bersikap dan bertindak, serta gerakan-gerakan radikalisme.
“Upaya-upaya dalam rangka kontraradikalime dan deradikalisme perlu terus dilakukan secara lebih intensif. Dalam konteks ini saya meyakini peran para ulama menjadi salah satu kunci keberhasilan upaya-upaya tersebut,” tandasnya.