Jakarta – Badan Siber dan Sandi Negara (BSNN) melalui akun Instagram resminya mengungkap serangan siber yang dilakukan penjahat siber menjadi meningkat selama masa wabah corona.
Memanfaatkan rasa ingin tahu masyarakat mengenai pandemi virus corona ini, penjahat siber menjalankan aksinya yang tentu saja berdampak buruk untuk siapa saja.
Data Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional atau Pusopskamsinas BSNN mencatat bahwa ada 88.414.296 serangan siber yang terjadi sejak 1 Januari 2020 hingga 12 April 2020 lalu.
Puncak serangan siber terjadi pada tanggal 12 Maret 2020 yang menyentuh angka 3.344.470 serangan. Lebih lanjut, BSNN mengungkap bahwa terjadi penurunan angka serangan siber saat kebijakan work from home atau WFH diberlakukan.
Walaupun menurun, tidak bisa dipungkiri bahwa serangan siber terus terjadi di masa WFH dengan membawa isu terkait wabah COVID-19 atau virus corona.
Jenis serangan siber yang paling banyak terjadi adalah trojan activity sebanyak 56 persen yang disusul dengan aktivitas information gathering sebanyak 43 persen dari total keseluruhan. 1 persen dari serangan siber ini merupakan web application attack.
Mengutip BSNN, data Pusopkamsinas BSNN hingga 12 April 2020 menemukan telah terjadi 25 serangan siber dengan 17 serangan global serta 8 serangan untuk satu negara. Bulan Januari 2020, serangan siber jenis Malicious Email Phising marak terjadi.
Menyusul Maret 2020, dengan isu virus corona, serangan siber jenis Trojan HawkEye Reborn, Blackwater malware, BlackNET RAT, DanaBot Banking Trojan, Spynote RAT, ransomware Netwalker, Cerberus Banking Trojan, malware Ursnif, Adobot Spyware, Trojan Downloader Metaploit, Projectspy Spyware, Anubis Banking Trojan, Adware, Hidden Ad, AhMyth Spyware, Metasploit, Xerxes Bot, dan Covid19 Tracker Apps.
Bulan April 2020, tercatat hanya satu serangan siber yaitu berjenis Malicious Zoom hal ini berkaitan dengan aplikasi Zoom yang telah disisipi Malicious Zoom dengan kode modul metasploit, adware, dan hiddenad/hiddad.
BSNN menjelaskan bahwa serangan siber ini dapat mempengaruhi berjalannya sistem elektronik dengan serangan virus, pencurian data, informasi pribadi, hak kekayaan intelektual perusahaan, hingga gangguan akses terhadap layanan elektronik.
Lebih lanjut, menangani serangan siber ini, BSNN menyarankan untuk segera melakukan pemulisan sistem dan data elektronik sesegera mungkin untuk menghindari dampak lebih parah dari ancaman ini.