Ternate — “Perkembangan terorisme di Indonesia dari masa orde lama sampai saat ini saling berhubungan, hampir semua tujuan aksi kelompok radikal terorisme adalah untuk mengubah idiologi pancasila menjadi idiologi islam,” ungkap Direktur Perlindungan BNPT, Brigjen Pol Herwan Chaidir.
“Pancasila sebagai perisai untuk keutuhan bangsa.” tegas Herwan.
Dalam kesempatan Dialog Pelibatan Masyarakat Dalam Mencegah Paham Radikal dan Terorisme Melalui Perspektif Ekonomi yang dilaksanakan di auditorium RRI Ternate , Kamis (16/6/2016). Hadir juga sebagai pemateri diantaranya mantan teroris Ali Fauzi, ahli ekonomi Bagus Aryo, DR. Mochtar A. Adam dan Hidayatussalam Sehan, SH, MH; sebagai narasumber lokal.
Herwan mengungkapkan, “Dengan semua provokasi yang mengatasnamakan agama mereka meminta negara Indonesia untuk mengubah bendera merah-putih dan mengubah lambang negara Garuda Pancasila yang dianggap mereka simbol kekafiran, padahal bendera dan simbol negara hanyalah simbol spirit founding-father kita dulu untuk semangat persatuan, dan tidak ada sedikitpun bertentangan dengan aqidah islam.”
Bnpt sebagai leading sector dalam permasalahan terorisme di Indonesia merupakan acuan yang tepat bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang terorisme. Mulai dari pengertian terorisme sampai perkembangan terorisme yang up-to-date di Indonesia maupun global.
Timbulnya radikalisme disebabkan antara lain karena pengaruh dari pengetahuan agama yang lemah, penyimpangan ajaran agama, lemahnya pengawasan oleh pihak keluarga terhadap lingkungan tumbuh kembang anak, belajar paham radikal terorisme di media online secara langsung, dan rasa tidak puas terhadap pemerintah dalam berbagai aspek, salah satunya dari perspektif ekonomi.
“Disinilah salah satu fungsi BNPT memberikan pemahaman yang tepat kepada para penggiat ekonomi terhadap ancaman bahaya paham radikal terorisme, karena permasalahan ekonomi merupakan salah satu faktor terbesar orang-orang berubah paham kearah radikal,” sebut Herwan.