Bandung – Sejarah Indonesia membuktikan bahwa persoalan terorisme pernah dialami oleh semua generasi di setiap pemerintahan. Dari masa Orde Lama, Orde Baru, bahkan hingga masa Reformasi gangguan keamanan berupa aksi terorisme masih saja menghantui negara dan bangsa ini.
Demikian intisari materi yang disampaikan oleh Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol Hamidin, dalam sessi dialog pertama bersama Ruhut Poltak Sitompul dan Widodo Umar. Brigjen Hamidin pun tak luput memaparkan sejumlah data dan fakta kasus-kasus terorisme yang pernah terjadi di Indonesia.
“Ada beberapa faktor yang membuat terorisme itu terus tumbuh di Indonesia, seperti pertalian darah maupun pertalian komunitas seperti pernah sekolah atau belajar di lembaga yang sama,” ungkap Brigjen Hamidin, Selasa (8/3/2016).
Ia pun mencontohkan kasus terorisme yang pernah dialami Presiden Soekarno tahun 1957. Pelaku terorisme saat itu bernama Akhmad Kandai. Di era Orde Baru hingga Reformasi anak keturunan Akhmad Kandai ini melanjutkan sejumlah aksi-aksi terorisme. Bahkan, pelaku terorisme yang dikenal dengan nama ‘Bom Poso’ terbukti melibatkan Farihin yang merupakan anak keturunan dari Akhmad Kandai.
“Itu juga yang terjadi pada keluarga besar Ali Fauzi yang kini sudah bertaubat dan menyadari kesalahannya. Dalam satu keluarga keterlibatan pada terorisme melibatkan seluruh saudara kandung hingga saudara iparnya, seperti Ali Ghufran, Amrozi, dan Nassir Abbas, ini menandakan peran keluarga juga sangat menentukan dalam perkembangan terorisme,” ujarnya menjelaskan.
Karena itu, Brigjen Hamidin meminta agar para guru mampu memonitor perkembangan anak didiknya. Para peserta didik dan pelajar juga diminta untuk saling memperhatikan perkembangan teman-temannya.
Bersama cegah terorisme!