Radikalisme dan terorisme selalu menjadi ancaman untuk Indonesia, terutama karena negeri ini menyimpan sejarah kelam pertumbuhan kelompok-kelompok berhaluan keras yang menanamkan pemahaman agama yang lebih mengutamakan kekerasan daripada ketuhanan dan kemanusiaan. Akar terorisme yang dimaksud adalah DI, NII dan kemudian JI. Khusus untuk JI (Jamaah Islamiyah), kelompok ini memiliki afiliasi dengan Al Qaedah. Demikian disampaikan oleh direktur pencegahan BNPT, Brigjen Pol, Drs, H. Hamidin dalam dialog pencegahan radikalisme dan terorisme bagi pekerja media/jurnalis/praktisi kehumasan serta lembaga penyiaran di provinsi Maluku Utara di Ternate, hari ini (Sabtu, 17/10/2015).
Saat ini, ancaman terorisme muncul dalam wajah ISIS, kelompok yang mendaku diri sebagai pemegang Islam yang sesungguhnya itu melakukan berbagai cara –termasuk bujuk rayu dan propaganda– agar masyarakat mau bergabung dan kemudian melakukan aksi kekerasan.
ISIS selama ini dikenal sebagai kelompok yang keji dan brutal, mereka menghabisi siapa saja yang menentang keinginannya. Hamidin menjelaskan bahwa kelompok ini bukan saja akan menghabisi non-muslim, karena sesama muslim sekalipun akan mereka habisi jika berani menetang keinginan kelompok pimpinan Abu Bakar al Baghdadi itu.
Masalah ekonomi dan kesenjangan sosial kerap menjadi alasan utama bagi sebagian orang untuk bergabung dengan kelompok terorisme seperti ISIS. Mereka mengira bahwa ISIS benar-benar akan mencukupi kebutuhan hidup mereka seperti yang dijanjikan, padahal ketika mereka sampai di Irak dan Suriah, kehidupan mereka nyatanya malah semakin sengsara.
Kegiatan dialog pencegahan ini mendapat apresiasi tinggi dari para peserta yang kebanyakan menyatakan sangat terbantu dengan kegiatan yang digalang oleh BNPT bekerjasama dengan Forum koordinasi pencegahan terorisme (FKPT) Provinsi Maluku Utara ini.
Pada sesi dialog, beberapa peserta menyatakan keresahannya tentang terorisme yang hampir selalu dikait-kaitkan dengan Islam, seolah Islam memang benar agama teroris. Menanggapi hal ini, direktur pencegahan yang juga mantan Kapolres Jakarta Pusat ini menyatakan bahkan “Kita semua juga tidak rela kalau Islam selalu dikait-kaitkan dengan terorisme, apalagi saya sendiri adalah muslim. Tetapi terorisme yang terjadi saat ini memang selalu menggunakan simbol-simbol Islam, tujuannya agar masyarakat mengira bahwa terorisme adalah bagian dari ajaran Islam. Dan ini yang harus kita lawan bersama,” tutupnya.
Sampai saat ini Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang mampu membongkar jaringan terorisme, hal ini mendapat apresiasi dari banyak negara. Tidak sedikit dari mereka yang belajar penanganan terorisme baik dengan mengundang pakar terorisme maupun mengirim langsung utusan untuk belajar di indonesia. Menurut Hamidin, keberhasilan itu hanya bisa dicapai dengan kerja keras dan konsistensi.