BPIP Gelar Pentas Wayang Kulit “Bimo Suci” di Sukoharjo, Sosialisasikan Nilai Pancasila Lewat Budaya

Sukoharjo — Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia menggelar pentas wayang kulit dengan lakon “Bimo Suci” di Alun-alun Satya Negara, Sukoharjo, Sabtu (23/8/2025). Pagelaran yang menghadirkan dalang muda Ki Amar Pradopo itu disiarkan langsung oleh Radio Slenk FM, sekaligus menjadi bagian dari peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI dan HUT ke-79 Kabupaten Sukoharjo.

Direktur Hubungan Antar Lembaga dan Kerja Sama BPIP, Toto Purbiyanto, menjelaskan bahwa pagelaran wayang kulit dipilih sebagai media sosialisasi nilai-nilai Pancasila agar lebih mudah diterima masyarakat.

“Sebagai badan yang diminta presiden untuk menyebarkan nilai Pancasila, kami ingin menghadirkannya dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya lewat budaya. Malam ini, kami gunakan media wayang kulit,” ungkap Toto.

Menurutnya, bangsa Indonesia yang besar dengan kekayaan budaya tidak boleh melupakan akar budayanya. Karena itu, BPIP berkomitmen melestarikan seni tradisi sebagai sarana edukasi kebangsaan.

“Kami ingin budaya ini terus dijaga, nguri-uri wayang kulit, dan ke depan mungkin juga lewat wayang golek, festival, dan sebagainya. Jangan sampai kita kalah dengan budaya asing yang deras masuk ke Indonesia,” tambahnya.

Sementara itu, dalang muda Ki Amar Pradopo menjelaskan makna lakon Bimo Suci yang menceritakan perjalanan spiritual Bimo atau Werkudoro berguru kepada Durna dalam kisah Mahabharata. Dalam proses tersebut, Bimo belajar tentang kehidupan, gotong royong, serta pentingnya saling menghargai.

“Cerita ini bisa diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat kita. Nilainya sejalan dengan penguatan jati diri bangsa dan nasionalisme. Dari Pancasila kita belajar untuk diri sendiri, lalu menularkannya kepada orang lain agar terus cinta tanah air,” jelas Amar.

Bupati Sukoharjo, Etik Suryani, yang turut hadir, menyampaikan apresiasi atas pentas budaya tersebut. Ia berharap pesan moral dalam cerita wayang tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga inspirasi bagi masyarakat.

“Semoga tidak hanya jadi tontonan, tetapi juga tuntunan,” ujarnya.