Jakarta – Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menyampaikan Pekerja Migran Indonesia (PMI) cukup rentan terpapar paham radikalisme dari lingkungan sekitarnya.
Ketua BP2MI Benny Rhamdani mengatakan, potensi PMI terpapar paham radikal tidak kecil. Terutama, PMI yang bekerja di negara-negara berkembang yang memudahkan akses informasi melalui internet.
“Karena potensinya juga tidak kecil. Kita harus waspadai,” katanya di Kabupaten Bandung, Senin (20/11).
Benny mengungkapkan, kelompok penyebar paham radikalisme, menyasar para PMI yang bekerja di luar negeri, dikarenakan PMI kerap mengalami kesepian.
Hal itu, terbukti dari beberapa kasus. Ia menjelaskan, para PMI kerap merasa memiliki sahabat untuk bisa diajak berbincang banyak hal, tanpa mengetahui bahwa dirinya sedang didoktrin atau dicuci otak.
“Mereka bekerja niatnya untuk masa depan tapi setelah di luar negeri, mereka kesepian tidak punya keluarga kemudian kelompok-kelompok radikal menginfiltrasi, kemudian mencuci otak mereka,” terangnya.
Seusai kelompok penyebar radikalisme mencuri hati PMI, korban akan dimintai sumbang dengan kedok donasi untuk kegiatan sosial.
“Awalnya itu mereka dimintai sumbangan. Jadi banyak uang PMI yang kemudian menjadi donasi bagi kegiatan-kegiatan yang sebetulnya awalnya dianggap sosial padahal untuk kegiatan radikal tadi,” tuturnya.