Jakarta – Bomber bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar berinisial L memiliki ideologi salafi wahabi yang membid’ahkan. Padahal sebelumnya sosok pelaku dinilai lemah lembut.
“Termasuk yang dilakukan Lukman ini, Lukman ini orang baik, orang sabar pelaku yang ngebom di Makassar. Tetapi karena dia berkenalan dengan ideologi salafi wahabi yang membid’ahkan, menyesatkan budaya tradisi-tradisi lokal keagaman yasinan, tahlilan,” kata Direktur pencegahan BNPT Brigjen R Ahmad Nurwakhid dalam acara webminar Mencegah Radikalisme dan Terorisme untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial yang disiarkan di YouTube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama, Selasa (30/3/2021).
Sosok bomber Gereja Katedral Makassar itu disebut berubah kepribadiannya setelah mengenal paham ideologi salafi wahabi dan mengenal istrinya. Kepribadiannya yang awalnya penyabar dinilai berubah menjadi keras hingga menjadi teroris.
“Setelah kenal dengan seorang wanita yang kemudian jadi istrinya maka berubah karakternya, maka berubah sikapnya, berubah wataknya, yang tadinya hatinya sabar lembut berubah menjadi keras dan akhirnya menjadi teroris,” ungkapnya.
Sebelumnya, Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar menyebut pasangan suami istri yang menjadi pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar merupakan kelahiran 1995. Boy menyebut mereka merupakan kaum milenial yang terpapar virus radikalisme.
Wanita berinisial YSF atau Dewi bersama suaminya, berinisial L, yang juga bomber Makassar, baru menikah sekitar 7 bulan lalu. Bahkan dikabarkan Dewi tengah hamil empat bulan.