Kabul – Tidak hari biasa atau di saat umat Islam tengah bersuka cita merayakan Hari Raya Idul Fitri, teror bom seakan menjadi hal yang biasa di Afghanistan. Buktinya, di hari kedua Idul Fitri 1 Syawal 1442 Hijriah, 12 orang tewas setelah bom meledak di masjid saat pelaksanaan Salat Jumat di distrik Shakar Dara di Kabul, Jumat (14/5/2021).
Sejauh ini belum ada klaim tanggungjawab dari kelompok-kelompok penganut kekerasan di sana. Bahkan dikutip dari Reuters, bom meledak itu saat kelompok Taliban mengumumkan gencatan senjata selama tiga hari mengutuk serangan itu.
Juru bicara polisi Kabul, Ferdous Faramarz, mengatakan Imam masjid termasuk di antara 12 orang yang tewas dan sedikitnya 15 orang terluka dalam ledakan di sebuah masjid.
Ledakan itu terjadi kurang dari seminggu setelah ledakan di sebuah sekolah menewaskan 80 orang, mayoritas dari mereka adalah siswi dari etnis minoritas Muslim Syiah Hazara. Taliban juga mengecam serangan itu dan tidak ada yang mengaku bertanggung jawab.
Pejabat AS percaya serangan terhadap sekolah tersebut kemungkinan merupakan ulah kelompok militan seperti ISIS. Kelompok-kelompok semacam itu belum menandatangani gencatan senjata masa libur.
Kekerasan, termasuk serangan terhadap warga sipil, telah meningkat di Afghanistan, bahkan ketika Amerika Serikat telah memulai operasi untuk menarik semua pasukannya yang tersisa selama empat bulan ke depan.
Sejauh ini belum ada laporan tentang pertempuran langsung antara pasukan pemerintah dan Taliban selama gencatan senjata, yang dimulai pada Kamis di akhir bulan puasa Ramadhan.
Pemerintah dan Taliban telah mengadakan pembicaraan politik untuk mencoba mengakhiri konflik mereka ketika Amerika Serikat menarik tentaranya 20 tahun setelah pemboman. Kedua belah pihak dalam pembicaraan itu menuduh pihak lain memprovokasi dan gagal menghentikan serangan terhadap warga sipil.
“Serangan hari ini terhadap sebuah masjid di distrik Shakar Dara di Kabul selama salat Jumat sepenuhnya menentang gagasan Idul Fitri sebagai hari libur keluarga yang dirayakan dengan damai,” kata misi Uni Eropa di Afghanistan di Twitter.