Bom Bunuh Diri Meledak di Antrian Pendaftaran Pemilu

Kabul – Lagi-lagi Afghanistan dihantam bom bunuh diri. Kali ini bom bunuh diri meledak di kerumunan masyarakat yang sedang mendaftar sebagai pemilih untuk Pemilu Legislatif di Kabul, Afghanistan, Minggu (22/4/2018). Bom itu menewaskan empat orang dan 15 orang lainnya luka-luka.

Serangan itu menggarisbawahi kekhawatiran yang berkembang terkait keamanan jelang pemilihan umum legislatif pada 20 Oktober mendatang.

“Ledakan bom terjadi gerbang pintu masuk. Itu serangan bunuh diri. Ada korban,” kata kepala kepolisian kota Dawood Amin kepada AFP dikutip dari laman kompas.com.

Juru bicara kementerian dalam negeri Najib Danish mengonfirmasi jumlah korban terluka mencapai 20 orang. Lokasi terjadinya bom digunakan oleh masyarakat yang ingin mendaftar untuk identifikasi nasional menjelang pemilu legislatif.

Serangan terjadi di lingkungan pada penduduk. Rekaman yang disiarkan oleh Ariana TV menunjukkan banyak noda darah dan pecahan kaca berserakan di jalan. Banyak masyarakat yang marah atas peristiwa teror tersebut.

“Matilah pemerintah! Matilah bagi Taliban!,” begitu teriakan mereka. Hingga kini, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas insiden ini.

Afghanistan memulai pendaftaran pemilih sejak 14 April 2018. Mereka akan berpartisipasi pada pemilu legislatif yang lama tertunda. Pemilu kali ini dilihat sebagai uji coba untuk pemilihan presiden tahun depan.

Komisi pemilu di Afghanistan mengakui, keamanan merupakan masalah utama, terutama adanya Taliban dan kelompok ekstremis lainnya yang masih mengendalikan sebagian besar wilayah negara. Polisi dan pasukan Afghanistan diterjunkan untuk melindungi pusat-pusat pemungutan suara.

Teror jelang pemilu legislatif juga terjadi pada Jumat lalu, ketika kelompok ekstremis menyerang pusat pendaftaran pemilih di provinsi Badghis. Satu petugas polisi tewas dalam serangan itu. Pihak berwenang menuduh Taliban sebagai pelaku teror.

Pada Selasa (17/4/2018), orang-orang bersenjata menyerang pusat pendaftaran pemilih di provinsi Ghor, menculik tiga pekerja pemilu dan dua polisi. Dua hari kemudian, anggota Taliban membebaskan seluruhnya.

Selama dua bulan ke depan, pihak berwenang di Afghanistan berharap dapat mengumpulkan 14 juta pemilih untuk menyumbangkan suara mereka di lebih dari 7.000 tempat pemungutan suara. Para pejabat telah mendorong masyarakat untuk mendaftar di tengah kekhawatiran rendahnya jumlah pemilih. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada pekan lalu mendesak para pemimpin agama untuk menggunakan momen salat Jumat untuk mendorong para jamaah mendaftarkan diri.