Kabul – Insiden terjadi di bulan Ramadhan, setidaknya tiga orang tewas dan 15 lainnya terluka dalam serangan bom bunuh diri di dekat pangkalan militer milik Pasukan Operasi Khusus Afghanistan di pinggiran selatan Kabul, Rabu (29/4/2020).
Juru bicara kementerian dalam negeri, Tareq Arian mengonfirmasi jumlah angka korbannya, menyebut tindakan kriminal itu sebagai musuh Afghanistan terhadap warga sipil selama bulan Ramadhan.
Serangan itu rupanya menargetkan sebuah kamp pasukan khusus Afghanistan di pinggir kota Kabul, berdasarkan keterangan sebuah sumber keamanan kepada media Perancis, AFP.
Tidak ada satu kelompok pun yang mengklaim tanggung jawab atas kejadian ini. Namun, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan mereka sedang menginvestigasi apabila prajurit mereka berada di balik kejadian tersebut.
Ledakan itu terjadi ketika kekerasan melonjak di Afghanistan sebagaimana Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melaporkan awal pekan ini.
Serangan yang melonjak di negara itu muncul setelah penandatanganan perjanjian penting AS dan Taliban pada akhir Februari yang seharusnya meletakkan dasar untuk proses perdamaian.
Serangan baru-baru ini sebagian besar terbatas pada daerah pedesaan dan kota kecil. Di bawah kesepakatan AS-Taliban, para pemberontak sepakat untuk tidak menyerang kota-kota.
Perjanjian tersebut membentuk konsep untuk mengakhiri perang terpanjang AS setelah invasi ke Afghanistan pada 2001 yang menggulingkan rezim Taliban dan hanya membuat mereka muncul kembali dan meluncurkan pemberontakan yang lebih mematikan.
Namun pembicaraan yang direncanakan antara pemerintah Kabul dan Taliban telah terhalang dalam beberapa pekan terakhir.
Belasan pasukan keamanan Afghanistan dan pejuang Taliban hampir mati setiap hari dengan meningkatnya korban sipil di seluruh negeri ketika kedua belah pihak meningkatkan operasi.
Kabul telah terhindar dari sebagian besar kekerasan. Namun, serangkaian serangan yang menargetkan kelompok-kelompok minoritas membuktikan bahwa ibu kota itu masih rentan terhadap kaum militan.