Washington – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden marah besar atas meledaknya bom bunuh diri di luar bandara internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, Kamis (26/8/2021). Bom yang meledak di tengah kerumuman warga yang antre menunggu evakuasi itu, menewaskan 13 tentara Amerika Serikat dan 60 warga sipil, serta melukai sekitar 140 orang.
“Kepada mereka yang melakukan serangan ini serta siapa pun yang ingin membahayakan Amerika, ketahuilah ini: Kami tidak akan memaafkan. Kami tidak akan melupakan. Kami akan memburu Anda dan membuat Anda membayarnya,” kata Biden, seperti dilansir AFP, Jumat (27/8/2021).
Joe Biden menyebut prajurit Amerika Serikat yang terbunuh karena serangan bom bunuh diri ‘pahlawan’. Misi evakuasi di Bandara Kabul tetap akan berlanjut hingga 31 Agustus.
“Kami tidak akan dihalangi oleh teroris. Kami tidak akan membiarkan mereka menghentikan misi kami. Kami akan melanjutkan evakuasi,” kata Biden.
Joe Biden menduga ISIS akan melancarkan serangan lagi. “Mengetahui ancamannya, mengetahui bahwa kita mungkin akan mendapat serangan lagi,” tegas Biden.
Biden menambahkan ia tak melihat adanya bukti kerja sama antara Taliban dengan militan ISIS terkait serangan mematikan itu.
“Sejauh ini tidak ada bukti bahwa adanya informasi telah ada kolusi antara Taliban dan ISIS dalam melakukan apa yang terjadi hari ini,” katanya.
Sebelumnya, ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Kantor berita propaganda ISIS, Amaq, menyebut pelaku bom bunuh diri ‘mampu menembus benteng keamanan dan berada 5 meter’ dari Pasukan Amerika Serikat. Bomber seketika meledakkan sabuk yang dikenakannya.
Juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan pihaknya mengutuk keras bom bunuh diri itu. Taliban menyebut ledakan itu terjadi di wilayah yang dikendalikan militer Amerika Serikat.
“Mengutuk keras pemboman yang menargetkan warga sipil di bandara Kabul,” sebuah pernyataan yang dirilis oleh Mujahid di Twitter.