Sentul – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, MH, mengungkapkan lima vaksin kebangsaan untuk mencegah radikalisme dan terorisme. Hal itu diungkapkan Boy Rafli pada acara talkshow di depan peserta Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Gugus Tugas Pemuka Agama BNPT, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), dan Duta Damai dunia Maya di Kantor BNPT, di Sentul, Kabupaten Bogor, Selasa (27/12/2022).
“Pertama, perkokoh wawasan kebangsaan yang berlandaskan empat konsensus kebangsaan yaitu UUD 1945, Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhineka Tunggal Ika,” ujar Kepala BNPT.
Kedua, BNPT bersama seluruh kementerian, lembaga, komunitas, berkominten meyakinkan bahwa ideologi Pancasila, adalah ideologi terbaik dunia. Ketiga, transformasi moderasi dalam beragama agar semua orang memiliki posisi yang sama dalam konstitusi. Keempat, penguatan akar budaya bangsa Indonesia. Kelima, transformasi pembangunan kesejahteraan.
“BNPT akan terus mensupport pembangunan kesejahteraan pada aspek kemasyarakatan berbangsa dan negara,” ungkapnya.
Ketua LPOI/LPOK KH Said Aqil Sirodj mengungkapkan, tidak ada agama apapun yang mentolelir kekerasan, semua agama visinya adalah mmebangun kemanuaisaan. Menurutnya, ada iga faktor yang menyebabkan terjadinya radikalisme
Pertama, kesalahpahaman atau pahaman yang dangkal terhadap agama. Kedua, faktor politik.
“Agama semuanya mengajarkan kedamaian, kecuali jika agama sudah menjadi alat politik, maka minimal bakal ada ekstrimisme dan radikalisme,” ungkap mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul ‘Ulama (PBNU) masa khidmat 2010-2022 itu.
Sementara Ketua FKPT Prov. Jawa Tengah, Prof. Dr. Syamsul Ma’arif, M.Ag menuturkan untuk menangani radikalisme di Indonesia bisa melalui lembaga pendidikan. Sebab, pendidikan ini memiliki dampak yang panjang.
“Sudah saatnya kita melakukan social engineering untuk mempertemukan connecting people intuk merekayasa engagement satu dan yang lainnya,” tuturnya.
“Sudah saatnya rangkul anak muda, kita pahamkan untuk mereka mencintai negara NKRI dan semaunya harus senantiasa memiliki daya tangkal yang kiat dengan cara berpikir nasional, dan mampu melakukan konta narasi dan kontra radikalisme,” sambungnya.
Setelah itu, bisa mengadakan event mempertemukan anak-anak muda untuk berdialog dalam rangka mencari masalah dan mencari kemaslahatan.
“Kita membangun kebersamaan, karena dengan kebersanaan, masalah kita bisa lalui,” ungkap Syamsul Ma’arif.
Di tempat yang sama, Koordinator Duta Damai Jawa Barat, Ridwan Rustandi, M.Sos menyampaikan, upaya yang bisa dilakukan anak muda dalam hal ini Duta Damai Dunia Maya dalam melakukan pencegahan radikalisme adalah dengan “Nasionalisme Digital”.
“Pertama anak muda harus mampu membangun ketahanan diri, memberikan satu stimulus yang positif dengan narasi konten kreatif. Jadi memang pentingnya membangun kesadaran dulu,” kata Ridwan
Kedua, anak muda juga harus membangun ketahanan keluarga. “Jadi tidak cukup ketahanan diri, tapi ketahanan keluarga juga ada, maka kita bikin, misalnya memberikan satu stimulus yang positif minimal untuk saudara adik dan orangtua,” ungkapnya.
Ketiga, upaya pencegahan radikalisme dan terorisme ini bisa dilakukan dengan ketahanan lingkungan.
“Artinya, anak muda harus juga proaktif dengan kegiatan yang sifatnya memberdayakan masyarakat, membantu tokoh masyarakat untuk melakukan upaya baik pencegahan atau penanggulangan radikalisme,” pungkas Ridwan.