Bogor – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Densus
88, dan semua detasemen anti teror di Indonesia (TNI) terus perkuat
sinerti untuk meningkatkan deteksi ancaman terorisme jelang hari raya
Natal dan Tahun Baru 2016. Langkah itu dilakukan karena dikhawatirkan
masih ada beberapa sel kelompok terorisme yang akan bergerak, pasca
keberhasilan pengungkapan beberapa rencana aksi terorisme oleh Densus
88 di Bekasi, Tangerang, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Kepulauan
Riau.
“Tentu saja kami terus bekerjasama mendeteksi sel-sel lain yang akan
bergerak untuk melakukan teror dengan memanfaatkan momentum hari Natal
dan Tahun Baru 2016,” kata Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius
usai penutupan Peningkatan Kapasitas SDM BNPT di kawasan Puncak,
Bogor, Kamis (22/12/2016) malam.
Suhardi Alius menambahkan, apresiasi tinggi harus diberikan atas
pengungkapan beberapa rencana aksi teror tersebut. Padahal di negara
lain, beberapa aksi terorisme telah mencoreng kehidupan damai di muka
bumi. Di Turki, Duta Besar Rusia ditembak mati, kemudian Yaman, bom
bunuh diri menewaskan puluhan korban. Selanjutnya, di Berlin Jerman,
terjadi aksi teror dengan menabrakkan truk ke Pasar Natal. Di Zurich,
Swiss, sebuah masjid ditembaki oleh teroris yang menewaskan beberapa
korban. Terakhir, kemarin di Irak, aksi bom bunuh diri menewaskan
puluhan orang.
“Ini hasil penguatan koordinasi dalam pencegahan terorisme. Di negara
lain, aksi teror tidak bisa diantisipasi, tapi kita bisa menggagalkan.
Tapi kita tidak boleh lengah karena masih banyak sel teroris yang
masih hidup di Indonesia. Kita harus terus bekerja keras melakukan
sinergi dengan Densus 88 dan detasemen anti teror TNI, bagaimana
mencegah dan mengurangi ancaman dan tindak pidana terorisme di
Indonesia,” ungkap mantan Kabareskrim Polri ini.
Selain itu, lanjut Komjen Suhardi Alius, BNPT akan segera membuat MoU
dengan 25 Kementrian dan lembaga negara lainnya untuk memantapkan
pencegahan terorisme tahun depan. Keberadaan MoU dengan 25 Kementrian
dan lembaga itu akan membuat program penanggulangan terorisme yang
lebih komprehensif kedepan. Sejauh ini, BNPT telah mengurut
permasalahan terorisme mulai dari hulu sampai hilir dengan menggandeng
para kelompok ahli dari berbagai disiplin ilmu.
Menurutnya, bicara terorisme, tidak bisa hanya terkait penindakan
saja, tapi harus dirunut mulai dari akar radikalisme sampai menjadi
terorisme. Kedepan ia berharap, semua program terkait terorisme, baik
itu pencegahan, penindakan, dan deradikalisasi bisa berjalan dengan
baik untuk meninimalisasi potensi ancaman terorisme di Indonesia.
Disamping memperkuat sinergi diatas, BNPT juga menyelesaikan
pembangunan pusat deradikalisasi. Diharapkan, pusat deradikalisasi itu
sudah beroperasi bulan Januari 2017 mendatang dan harus berstandar
internasional dari segi security system dan program deradikalisasinya.
“Nanti ada psikolog dan ulama datang yang datang untuk memberikan
panduan sebelum napi terorisme kembali ke masyarakat. Artinya sebelum
mereka keluar, kita harus bisa mereduksi tingkat radikalisasi,
sehingga saat keluar mereka benar-benar telah ‘sembuh’. Untuk napi
terorisme yang masih keras, juga disiapkan program deradikalisasinya
dengan menyentuh aspek keluarga, anak, dan lingkungan mereka,” terang
Komjen Suhardi Alius.