Sibolga – Sebagai salah satu amanat konstitusi, korban aksi terorisme harus menjadi perhatian pemerintah. Salah satunya adalah korban aksi terorisme di Sibolga, Medan, yang terjadi pada Maret Silam.
Tidak hanya pada aspek fisik, pemulihan korban aksi terorisme Sibolga secara psikologis menjadi salah satu fokus utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Hal ini disampaikan oleh Direktur Perlindungan BNPT, Brigjen Pol Herwan Chaidir pada Penutupan Acara Layanan Psikososial Pasca Aksi Terorisme di Sibolga, Kamis (02/05/2019).
Chaidir mengatakan, selain rehabilitasi infastruktur sarana prasarana, pulihnya kondisi psikologis korban juga penting agar para korban bisa menjadi individu yang lebih produktif di kemudian hari. Korban aksi teror banyak dirugikan tidak hanya secara fisik, tetapi juga psikologis menyangkut semangat mereka untuk bangkit pasca teror.
“Kita ingin membangun dan menguatkan kembali semangat hidup mereka agar mereka bisa survive dalam menghadapi hidup ini ke depan. Kita berikan bimbingan menggunakan beberapa praktisi dari perhimpunan psikolog UI,” tegas Chaidir.
Lebih lanjut, Ia menambahkan bahwa program pemulihan ini bukan hanya tanggung jawab BNPT, tetapi harus dilakukan secara sinergis dengan melibatkan Kementerian dan lembaga terkait.
“Sepulangnya kami ke Jakarta, akan kami buatkan catatan dan akan disampaikan kepada kementerian terkait seperti PUPR, Kementerian Sosial, dan Kementerian Sosial karena kita lihat di sini memang mereka butuh sekali bantuan,” jelasnya.
Dalam kegiatan ini, para korban mendapatkan pendampingan langsung dari para psikolog. Dra. Tri Iswardani A., M.Si., salah satu psikolog pendamping mengatakan pendampingan yang mereka berikan ini bertujuan untuk membantu para korban melewati masa sulit dengan cara meredakan stress mereka.
“Seperti yang kita ketahui orang yang baru mengalami musibah pasti mengalami guncangan dan reaksi respons stress itu adalah suatu hal yang normal tetapi kalau hal ini dibiarkan terlalu lama bisa akan mengganggu kegiatan sehari hari. Jadi harus cepat ditangani,” jelas Tri Iswardani
Lewat layanan psikososial ini BNPT berharap agar para korban bisa segera kembali menjalani kehidupan sosialnya senormal mungkin. Ke depan, para korban yang mengalami stress ekstrem akan diberikan layanan berupa rujukan agar terapi yang diperlukan.