Bekasi – Kegelisahan masyarakat tekait aksi terorisme terus diredam oleh pemerintah, seperti yang dilakukan oleh Direktur Pencegahan BNPT kali ini, Brigjen Pol. Drs. Hamidin. Berbicara pada simposium yang diselenggarakan oleh BKKBN di hotel Aston Bekasi, Senin (27/06/16), Hamidin menegaskan bahwa penanganan terorisme di Indonesia telah dilakukan secara profesional dan sesuai dengan kultur dan hukum yang berlaku.
Model penanganan ini diakuinya dilakukan setelah hampir sepuluh tahun lebih aksi-aksi terorirsme semakin masif terjadi di Indonesia, sehingga aparat penegak hukum harus menyikapi fenomena tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Terorisme yang ada saat ini merupakan hasil dari endapan halusi pendirian negara Islam yang telah ada sejak lama. Kelompok radikal terorisme tidak pernah benar-benar bisa menyingkirkan bayangan untuk dapat hidup rukun dan sejahtera di bawah bendera Indonesia yang demokratis. Kelompok ini menyimpan semangat pemberontakan itu hingga kini, yang mana hal itu tidak jarang mendorong mereka untuk melakukan kekerasan dan aksi-aksi teror lainnya.
Sebagai lembaga negara yang bertanggungjawab menanggulangi terorisme, BNPT memerangi terorisme bukan saja sebagai aksi kejahatan, tetapi juga paham kekerasan. Karenanya penanggulangan terorisme tidak hanya bisa ditangani dengan penegakan hukum, tetapi juga dengan pendekatan lain yang mampu mengarahkan pemikiran masyarakat menuju ke jalan yang benar.
Disampaikan oleh Dir Pencegahan BNPT, BNPT menggunakan dua model pendekatan sekaligus dalam mengatasi terorisme, yakni; hard approach dan soft approach. Hard approach dilakukan melalui penegakan hukum dan rehabilitasi, sementara soft approach dilakukan dengan pendidikan dan pendampingan. Hal ini meliputi pemberian pemahaman yang baik dan benar, utamanya untuk tema-tema seputar agama. Ini ditujukan agar masyarakat terhindar dari bahaya radikalisme yang pada gilirannya nanti mampu menyeret masyarakat menuju terorisme.
Lebih jauh, pria asal Palembang ini menjelaskan unsur pencegahan sangat penting dilakukan dalam menekan kasus terorisme, dan untuk hal ini, seluruh elemen masyarakat dapat terlibat aktif di dalamnya. Salah satu jenis pencegahan penting yang bisa dilakukan di rumah adalah melakukan pencegahan dini terhadap paham radikal bagi anak-anak.
Cegah dini terhadap masuknya paham radikal bagi anak diakuinya merupakan salah satu bentuk soft approach yang harus dikembangkan secara terus-menerus, karena anak-anak adalah generasi penerus yang akan menentukan nasib negeri ini di masa mendatang. Bukan rahasia lagi bahwa kelompok radikal mulai menyasar ke kalangan anak-anak untuk masuk dalam target rekrutmen, ini disebabkan mereka tidak ingin negeri ini berumur panjang. Kelompok radikal berhasrat memotong regenerasi, yakni dengan menjadikan anak-anak kecil sebagai pelaku tindak terorisme.
Di akhir paparannya, Brigjen Pol. Hamidin kembali menekankan bahwa terorisme adalah musuh kita bersama, bukan hanya musuh pemerintah, karenanya kita pun harus terlibat aktif dalam menanggulanginya. Dan hal itu bisa dimulai dari rumah.