Makassar – Jumlah Korban Aksi Terorisme di Indonesia ada banyak
jumlahnya, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) sebagai Provinsi yang
beberapa kali terjadi serangan aksi terorisme juga memiliki puluhan
penyintas dari aksi terorisme ini.
Direktur Perlindungan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
Brigjen Pol. Drs. Imam Margono dalam sambutannya pada kegiatan Forum
Silaturahmi Penyintas (FORSITAS) Di Provinsi Sulsel pada tanggal 6-7
Maret 2024 di Hotel Four Points Makassar menyampaikan bahwa para
penyintas jangan sampai patah semangat, karena BNPT bersama-sama
dengan pemerintah daerah dengan lembaga-lembaga lain yang concern
terhadap keberadaan penyintas akan selalu mendampingi.
“Negara kita harus hadir dan mengatensi mereka (para penyintas),
mengasesori mereka, apa yang mereka butuhkan sehingga dalam pendekatan
pentahelix, peluang-peluang yang bisa diberikan dari provinsi tentang
kegiatan-kegiatan yang bisa dilaksanakan oleh penyintas dalam rangka
untuk menyambung hidupnya,” ujar Brigjen Pol. Drs. Imam Margono di
Makassar, Kamis (7/3/2024)
Jenderal Bintang Satu itu menyampaikan bahwa selama ini BNPT banyak
melaksanakan kegiatan FORSITAS di Pulau Jawa, padahal korban-korban
terorisme menyebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia.
“Sulawesi Tengah (Sulteng) sudah, dan sasaran berikutnya untuk pulau
Sulawesi yaitu di Sulsel. Sehingga sekarang ini dilaksanakan di Sulsel
dan nanti berikutnya akan dilaksanakan juga di pulau-pulau lain yang
ada komunitas dari para penyintas ini,” ucap Imam.
Lebih lanjut, dirinya mengatakan bahwa jumlah korban aksi terorisme di
Sulsel sebenarnya cukup banyak, walaupun tidak sebanyak di Sulteng.
Karena di sulteng ada ratusan penyintas, sedangkan di Sulsel ada
puluhan.
“Tetapi yang namanya korban tidak dihitung jumlah banyak atau
tidaknya. Dia korban, memiliki trauma, dia tetap menjadi korban dari
tindak pidana terorisme. Sehingga sebagai negara kita harus hadir,”
tegasnya.
Selain itu, dalam kegiatan tersebut juga hadir Staf Ahli Gubernur
Sulsel Bidang Pertahanan dr. H. Andi Mappatoba, M.B.A, DTAS., yang
menyampaikan apresiasinya kepada BNPT yang telah melaksanakan kegiatan
untuk para penyintas di Sulsel. Dirinya menyebut kegiatan FORSITAS ini
menjadi penting karena Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel dengan
pendekatan pentahelix harus ada mitra kerjanya, swasta, masyarakat dan
kemudian juga keterlibatan kalangan akademisi dan perguruan tinggi.
“Karena ini menjadi penting sebagai bentuk mencari solusi yang terbaik
bersama bagi para penyintas ini,” terang Andi Mappatoba.
Lebih lanjut, dirinya berharap bahwa dengan adanya kegiatan FORSITAS
yang dilaksanakan oleh BNPT di Makassar hari ini dapat dihasilkan
tindak lanjut dan rekomendasi yang sifatnya konstruktif untuk menjadi
guidline bagi pemprov Sulsel untuk menangani para penyintas aksi
terorisme ataupun menghadapi ancaman terosime.
“Posisi pemerintah daerah khususnya Pemprov Sulsel tidak memandang ini
sebagai suatu persoalan yang biasa, tetapi persoalan yang sangat
serius. Sehingga Pemprov Sulsel bersama dengan Forum Komunikasi
Pemerintah Daerah (Forkopimda) menganggap persoalan ini menjadi serius
dan perlu pemantauan semua pihak,” ujarnya.