Yogyakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) D. I. Yogyakarta, Kamis (24/3/2016), menggelar Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme.
“Acara hari ini akan kami bagi menjadi dua sesi besar. Pertama berupa panel narasumber, ada tiga orang dan Alhamdulillah sudah hadir bersama kita. Dan kedua nantinya bersifat teknis, lebih ke pendekatan pelatihan bagaimana cara meliput, menulis, dan memberitakan terorisme,” kata Ketua Panitia Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme, Abdul Mu’thi, dalam laporan panitia kegiatan di Aula Kantor PWI Yogyakarta, Jl. Gambiran, Umbulharjo.
Mu’thi menambahkan, kegiatan di sesi pagi akan diikuti oleh perwakilan humas instansi Pemerintah Daerah, humas TNI dan Polri, humas organisasi kemasyarakatan dan organisasi kepemudaan, serta perwakilan Lembaga Pers Mahasiswa dari beberapa kampus di Yogyakarta.
Sedangkan di sesi siang yang bersifat pelatihan teknis terkait Pedoman Peliputan Terorisme akan diikuti oleh sekitar 50 orang Jurnalis/Wartawan di Yogyakarta.
“Acara ini sangat penting, karena seperti kita ketahui belum lama ini Brusssels diguncang bom, begitu juga Ankara. Itu menandakan bahwa tidak ada satupun tempat yang aman dari ancaman teror, dan oleh karena itu, khususnya kalangan media massa di Yogyakarta harus memahami bagaimana meliput kejadian terorisme,” ungkap Mu’thi.
Kepala Sub Direktorat Kewaspadaan Direktorat Pencegahan BNPT, Andi Intang Dulung, dalam sambutan pembukaannya mengungkapkan media massa memiliki peran yang sangat strategis dalam membantu Pemerintah memerangi terorisme.
“Ibaran dua sisi pisau media massa bisa sangat tajam dalam membantu pencegahan terorisme, akan tetapi bisa juga menjadi sebaliknya,” ujar Andi.
Andi memaparkan, pihaknya memperoleh laporan pascaserangan bom di kawasan Thamrin, Jakarta, awal tahun 2016 lalu, ada 8 media massa pers yang mendapat saksi berupa teguran dari Dewan Pers. Itu artinya media massa pers harus meningkatkan pemahamannya tentang bagaimana meliput isu-isu terorisme, pemberian sanksi serupa tidak akan terulang kembali. “Saya mewakili Bapak Kepala BNPT, berharap kegiatan ini bermanfaat untuk kalangan media massa di Yogyakarta, dan secara umum mampu untuk bersama-sama melakukan pencegahan terorisme,” pungkasnya.
Kegiatan di sesi pagi berupa panel narasumber menghadirkan Dekan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Etsar Muhtasar yang memaparkan hasil penelitian terkait radikalisme dan Ketua PWI Yogyakarta, Antara Sihono. Narasumber lainnya adalah Ketua Dewan Pers Yoseph Adi Prasetyo atau akrab disapa Stanley, yang secara khusus memaparkan Pedoman Peliputan Terorisme.