Bogor — Banyaknya penyelewengan konten-konten Keislaman di Indonesia membuat pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) khawatir. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Lembaga Pentashih Buku dan konten Keislaman Majelis Ulama Indonesia (LPBKI-MUI), Arif Fahrudin, dalam audiensi MUI ke kantor Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), di Bogor pada Selasa (27/09/2016). Menurutnya, hal ini sangat berbahaya terutama bagi generasi muda bangsa ini.
“Saya masih melihat problem di buku buku pendidikan formal bahkan buku konsumsi yg sifatnya non formal. Bukan hanya buku dengan konten Keislaman saja, tapi juga konten nasionalisme,” kata Arif Fahrudin.
Ia juga menambahkan bahwa kesalahan konten dalam sebuah buku dampaknya akan lebih bahaya dibandingkan sebuah bom.
“Kalo teroris ngebom mungkin membunuh puluhan orang tapi kalo bomnya berupa kata-kata ini akan lebih dasyat dampaknya terutama bagi anak-anak kita,” tambahnya.
Hal tersebut disetujui oleh Sestama BNPT, Mayjen TNI R. Gautama Wiranegara. Ia mengatakan bahwa penyelewengan konten Keislaman juga menjadi fokus masalah di BNPT dan sudah ada beberapa langkah yang dilakukan BNPT dalam menanggulanginya.
“Kami sudah menyiapkan satgas di 17 kementrian untuk menangani masalah seperti ini. Selain itu, kami juga memiliki beberapa kelompok ahli seperti tokoh senior dan profesor sesuai kebidangannya, bukan cuma keislaman aja tapi juga dari bidang budaya, sosiologi, dan lain lain yang bisa memberikan masukan untuk situasi yang sedang berkembang terutama masalah radikalisme,” jelas Sestama BNPT.
Audiensi yang juga dihadiri oleh Ketua LPBKI-MUI, Prof. Endang Sutari ini dimaksudkan untuk membangun kemitraan antara BNPT dan MUI dalam mengawal konten-konten Keislaman di media cetak maupun elektronik. Prof. Endang Sutari berharap kedepannya akan ada kerja sama lebih lanjut.