Jakarta, 12 Agustus 2015 — Lingkungan sekolah menjadi salah satu tempat rentan bagi penyebaran dan pertumbuhan paham radikal terorisme, khususnya ISIS. Banyak faktor yang melatari tumbuh kembangnya paham kekerasan yang kerap menggunakan dalih agama tersebut, diantaranya adalah faktor pergaulan antara sesama siswa, guru –terutama guru agama– yang cenderung masih belum memiliki pengetahuan dan kepekaan sosial yang tinggi, hingga kelompok-kelompok kajian keagamaan di lingkungan sekolah yang perkembangannya berlangsung secara bebas tanpa pengawasan langsung dan berkelanjutan dari pihak sekolah.
Pihak sekolah, bahkan dinas pendidikan sekalipun terkadang masih sering kecolongan dengan beredarnya buku-buku rujukan keagamaan di sekolah yang memuat ajaran kekerasan. Faktor lain yang juga memiliki andil besar dalam penyebaran paham radikalisme dan terorisme adalah lingkungan pergaulan di luar sekolah dan proses belajar keagamaan secara otodidak, baik melalui media offline maupun -terutama- online.
menanggapi hal ini, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memberikan perhatian khusus terhadap berbagai bentuk penyebaran propaganda berisi ajaran radikalisme dan terorisme di lingkungan sekolah, khususnya di kalangan pelajar Islam. Karenanya BNPT mengandeng salah satu organisasi pelajar Islam terbesar di Indonesia, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), untuk melakukan pembelajaran dan pendampingan pelajar Islam dalam kegiatan “Dialog dan Pelatihan Pencegahan Paham ISIS” pada hari Rabu (12/8) di Jakarta.
Kegiatan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Jakarta Selatan ini dihadiri oleh perwakilan guru dan pelajar dari 75 sekolah se-Jabodetabek. Kegiatan ini bertujuan untuk menjadikan lembaga Pendidikan/Sekolah sebagai ujung tembok dalam upaya pencegahan radikalisme sekaligus menanamkan sikap toleransi, penghargaan terhadap keberagaman dan perbedaan sekaligus menguatkan nasionalisme.
Melalui guru dan pelajar di lingkungan sekolah, pihak sekolah secara keseluruhan diajak untuk bersama mewaspadai penyebaran paham radikal dan terorisme yang sering menyusup melalui institusi pendidikan. Hal ini menjadi titik tolak pentingnya kegiatan BNPT kali ini dengan menjadikan sekolah sebagai bagian dari program pencegahan paham radikal terorisme.
Sekolah membutuhkan pendampingan yang terus menerus untuk mewujudkan siswa-siswa yang memiliki karakter kuat dan sikap toleransi terhadap perbedaan sekaligus memiliki daya tangkal terhadap paham radikal terorisme.
Turut hadir dalam kegiatan ini Perwakilan Komisi III DPR RI, H..Irmawan,.S.Sos., M.Si, Ketua PBNU, Kepala BNPT, Wakil Ketua MUI, Dr. Slamet Effendy Yusuf, dan Dr. Amin Haedari Dirrektur Pendidikan Islam Kementerian Agama RI sebagai narasumber pada sesi acara dialog dan pelatihan.
Selain dialog dan pelatihan, kegiatan ini juga dirancang untuk membentuk komunitas Pelajar Islam Anti Terorisme (PINTAR). Komunitas ini dibentuk dari masing-masing utusan sekolah yang akan melaksanakan kegiatan di setiap sekolah berdasarkan rekomendasi dan rencana tindak lanjut (RTL) yang dirumuskan dalam dialog kali ini.
Bersama Cegah Terorisme