Magelang – Peran pesantren dalam urusan keagamaan sudah tak perlu diragukan, di antaranya dalam mengkonter adanya pemahaman yang salah terhadap agama di masyarakat. Dalam praktiknya, peran tersebut tergambar nyata dalam peran pesantren membentengi masuknya paham radikal terorisme.
Demikian disampaikan Kepala Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Andi Intang Dulung, dalam sambutan pembukaan kegiatan Workshop Lomba Video Pendek BNPT di pondok pesantren Asrama Perguruan Islam (API), Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (31/10/2018).
“BNPT sangat terbantu dengan segala kreasi dan kemandirian yang ada di pesantren yang telah mampu membentengi masyarakat dari keterpaparan paham radikal terorisme,” kata Andi Intang.
Workshop tersebut, lanjut Andi Intang, adalah rangkaian dari lomba video pendek yang dilaksanakan BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) se-Indonesia dalam 3 tahun terakhir. Melalui workshop tersebut BNPT memberikan pelatihan kepada pelajar setingkat SMA dan sederajat dalam hal tehnik pembuatan video untuk dilombakan, sekaligus sebagai materi kontrapropaganda terhadap paham radikal terorisme. “Kami mengajak pelajar tak terkecuali santri dan santriwati untuk terlibat di pencegahan terorisme,” tambahnya.
Kembali ke peran pesantren, dalam sambutannya Andi Intang juga menukil isi UU No.5 tahun 2018 sebagai payung hukum terbaru dalam penanggulangan terorisme di Indonesia. Dalam undang-undang tersebut ditekankan pentingnya peran masyarakat dalam pencegahan terorisme, yang mana keterlibatan pesantren dengan segala kelebihannya sangat diharapkan.
“Aktualisasi atas apa yang tertuang di undang-undang terbaru bisa diselaraskan dengan kearifan lokal di masing-masing pesantren. Kami yakin kiai dan santri lebih dari sekedar mampu membantu upaya pencegahan terorisme,” pungkas Andi seraya menyampaikan ucapan terimakasihnya atas sambutan yang baik terhadap pelaksanaan kegiatan.
Di kesempatan yang sama pengasuh pondok pesantren API Tegalrejo, Kiai Haji Yusuf Chudlory, juga menyampaikan ucapan terimakasih atas dilaksanakannya kegiatan pencegahan terorisme di pesantren yang dipimpinnya. Meski menyebut tidak ada kurikulum khusus terkait pencegahan terorisme, dia menegaskan setiap pesantren, khususnya yang berlatar belakang Nahdlatul Ulama, dapat dipastikan mendukung setiap upaya penanggulangan terorisme.
“Spirit bela dan cinta tanah air yang ada pada diri setiap santri dan santriwati secara otomatis menjadikannya memiliki semangat antiintoleran. Dan spirit itu menyatu dalam kurikulum pendidikan pesantren NU,” kata Yusuf.
Terbangunnya spirit tersebut, lanjut Yusuf, tak lepas dari sikap setiap satri dan satriwati yang meneladani keseharian kiainya.
Aktris Inne Febriyanti yang dihadirkan sebagai pemateri di kegiatan tersebut juga memberikan penilaian bagus atas keterlibatan santri dan santriwati dalam pencegahan terorisme. “Membuat video pendek adalah cara lain kita mencintai bangsa ini. Santri sudah memiliki bekal kecintaan terhadap bangsanya, karenanya tidak akan sulit mengarahkannya untuk menghasilkan video-video terbaik,” pungkasnya.
Kegiatan Workshop Lomba Video Pendek di pondok pesantren API Tegalrejo terselenggara atas kerjasama BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah. Kegiatan yang sama sudah dan akan dilaksanakan di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2018. Dalam pelaksanaan lomba video pendek 2 tahun sebelumnya, sudah menghasilkan sedikitnya 12.000 video yang terunggah di media sosial Youtube, dengan jumlah penonton mencapai 24 juta orang. [shk/shk]