Mamuju – Deputi I Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Abdul Rahman Kadir, menyebut pers adalah modal besar dalam upaya pencegahan terorisme. Namun kesalahan pengelolaan juga disebutnya akan menjadikan pers modal besar untuk tujuan sebaliknya.
Hal ini disampaikan Abdul Rahman Kadir saat menyampaikan pidato kunci pada pembukaan kegiatan dialog Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat di Kota Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (24/8/2017).
“Dalam beberapa tahun terakhir terjadi pergeseran paradigma terorisme, yang ini menemukan momentumnya dengan kemajuan teknologi,” kata Rahman.
Kemajuan teknologi yang di antaranya juga dimanfaatkan oleh media massa pers, di beberapa kasus menjadikan pelaku terorisme menemukan kendaraan baru unytuk menyebarluaskan paham radikal terorisme.
“Di media massa dan media sosial, banyak kita temukan propaganda radikal yang bernuansa kebencian, penghasutan, permusuhan, dan ajakan kekerasan,” lanjut Rahman.
Pemanfaatan media sebagai sarana penyebarluasan paham radikal terorisme, khususnya di Indonesia, masih kata Rahman, adalah pengulangan atas cara yang sama oleh pimpinan Al Qaeda, Ayman al Zawahiri.
“Media memang memiliki peran strategis. Oleh karena itu BNPT mendorong media untuk ikut serta dalam pencegahan terorisme dengan mengedepankan pemberitaan yang benar yang patuh terhadap aturan dan perundang-undangan,” tegas Rahman.
Di kesempatan yang sama Rahman meminta masyarakat untuk meningkatkan kemampuan self difense melalui sikap bijak dalam menyikapi setiap pemberitaan di media massa. Masyarakat juga diminta membuang kebiasaan sharing berita tanpa adanya proses penyaringan.
“BNPT mengadakan dialog literasi media ini, tujuannya agar Bapak dan Ibu sekalian bisa mengenali seperti apa ciri-ciri berita bohong,” pungkas Rahman.
Dialog Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat di Kota Mamuju terselenggara atas kerjasama BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Barat. Kegiatan yang sama sudah dan akan diselenggarakan di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2017.
Dialog tersebut merupakan salah satu metode yang dilaksanakan di kegiatan Pelibatan Media Massa dalam Pencegahan Terorisme. Satu metode lainnya adalah Visit Media, kunjungan dan dialog dengan redaksi media massa pers. BNPT dan FKPT pada tahun 2017 juga menggelar lomba karya jurnalistik yang mengangkat tema kearifan lokal sebagai sarana pencegahan terorisme. [shk/shk]