Jakarta-Berbagai ancaman dan aksi teror biasanya selalu mengincar fasilitas publik dan fasilitas obyek vital nasional. Salah satu yang kerap menjadi sasaran target adalah intalasi kilang minyak dan gas bumi. Karenanya keamanan di sektor obyek tersebut perlu ditingkatkan.
Dalam acara Focus Group Discussion I Penyusunan Buku Panduan Sistem Keamanan Objek Vital Instalasi Kilang Minyak dan Gas dalam Menghadapi Ancaman Terorisme di Jakarta, Direktur Perlindungan BNPT, Brigjen Pol. Herwan Chaidir menerangkan salah satu tugas pokok BNPT adalah memberikan perlindungan terhadap sarana transportasi, obyek vital, dan lingkungan tertentu/publik dari kemungkinan terjadinya tindakan aksi terorisme (19/4/2018). Karena tujuan penyusunan buku panduan sistem keamanan ini diharapkan mampu menjadi pedoman bagi seluruh stakeholder yang berperan dalam pengamanan obyek vital, khususnya intalasi kilang minya dan gas bumi.
Lebih lanjut, Herwan menjelaskan BNPT sebagai institusi yang diberikan amanat oleh Presiden tidak hanya menjadi koordinator penanggulangan terorisme, tetapi juga menjadi fasilitas presiden dalam mengambil keputusan terkait terorisme. Dalam peran ini BNPT memiliki fungsi sebagai pusat pengendali krisis jika terjadi tindakan terorisme yang bersifat massif dan menuntut tindakan cepat dan efektif dari pemerintah.
“Tahun 2017 BNPT sebagai fasilitas presiden dalam mengambil keputusan terkait terorisme pernah diundang di Amerika untuk memaparkan strategi dan Approach yang dimiliki oleh BNPT. Di sana Kepala BNPT bertemu dengan Assistant to the US President for Homeland Security and Counterterrorism di Gedung Putih, Washimgton DC, Amerika Serikat.” Imbuh mantan Kapolres Gorontalo dan Kapolres Pohuwato di hotel Cipta Pancoran.
Dalam pengamanan seluruh obyek yang rentan jadi sasaran aksi terorisme, menurutnya, kunci sinergitas menjadi utama. Inilah yang diharapkan agar seluruh stakeholder pengamanan dapat bersinergi dengan adanya panduan buku yang disusun ini.
“Kemaren saya sempet diundang oleh Kemenkumham dan saya memberikan arahan di hotel Aryaduta Jakarta. Acara itu bermaksud memberikan sinergitas pendampingan terhadap sasaran deradikalisasi, ritmenya mempersiapkan manusia2 pendamping napiter. Dengan cara ini sebenernya bisa membuat para napiter sadar dengan apa yang telah dilakukan dan itu bisa meminimalkan paham radikal terorisme.” Tutup Herwan.