Kupang – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kembali mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam melawan penyebaran paham kekerasan dan terorisme, utamanya dalam hal pencegahan. Ini artinya radikalisme dan terorisme menjadi tanggungjawab bersama. Hadir di provinsi Nusa Tenggara Timur, hari ini, Kamis (09/06/16) BNPT kumpulkan ratusan budayawan dan tokoh adat untuk duduk bersama dan membahas upaya bersama yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran dan bahaya radikalisme dan terorisme.
Menggandeng Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) provinsi Nusa Tenggara Timur, BNPT menghelat kegiatan dialog pencegahan dengan tema “Pelibatan Masyarakat Dalam Mencegah Paham Radikal-Terorisme Melalui Perspektif Sosial dan Budaya di Provinsi Nusa Tenggara Timur.” Sebagaimana disampaikan oleh kepala bidang sosialisasi FKPT provinsi NTT. Drs. Darius Tiwu Hero, kegiatan ini bertujuan untuk mendengarkan masukan dari para peserta, termasuk kebijakan tingkat nasional terkait penanggulangan terorisme di Indonesia, dan khusunya di provinsi NTT.
Lebih lanjut ia menjelaskan, kegiatan ini akan fokus pada empat hal, yakni; memberikan pemahaman yang bahaya radikalisme dan terorisme, membangun kewaspadaan bersama dalam menghadapi aksi radikalisme dan terorisme, membangung komitmen bersama untuk melakukan pencegahan, dan memberikan kesadaran serta manfaat budaya untuk merekatkan masyarakat.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Gubernur NTT, yang dalam hal ini diwakili oleh Staff ahil bidang politik, Michael Fernandes. Dalam sambutannya, Gubernur NTT melalui perwakilannya menyampaikan bahwa pemerintah provinsi menyambut baik kegiatan yang dilakukan oleh BNPT, ini dikarenakan NTT memiliki potensi besar terhadap masuk dan berkembangnya radikalisme dan terorisme. Karenanya ia memandang kegiatan ini penting untuk dilakukan. Ia pun meminta agar masyarakat merapatkan barisan untuk melawan terorisme.
“Jika ada warga baru atau pendatang, masyarakat jangan ragu untuk lapor,’ ungkapnya.
Kegiatan dialog pencegahan yang baru saja dimulai ini dihadiri oleh 190 peserta yang terdiri dari unsur budayawan, tokoh masyarakat, pemuda dan unsure pemerintahan.