Medan – Media sosial (Medsos) saat ini dianggap sudah sedemikian kotor dengan isi tak jauh dari berita bohong, ujaran kebencian dan aksi adu domba. Dibutuhkan kedamaian di tengah masyarakat untuk kembali menyejukkan medsos.
Demikian disampaikan oleh Inspektur BNPT, Amrizal, saat menyampaikan sambutan di pembukaan kegiatan Literasi Digital sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat yang diselenggarakan oleh BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatera Utara di Medan, Kamis (20/9/2018).
“Saya meyakini, masyarakat yang damai akan kembali menyejukkan medis sosial yang sekarang seperti sampah,” kata Amrizal.
Amrizal mengungkapkan, terdapat 134 juta pengguna internet di Indonesia. Jika tidak dikelola dengan baik, kemajemukan masyarakat Indonesia akan dengan gampang dimanfaatkan sebagai pemicu munculnya intoleransi.
“Seperti yang sudah terjadi, aksi bom bunuh diri biasanya diawali dari sikap intoleransi yang teradikalisasi. Oleh karenanya dibutuhkan kesadaran bersama bahwa Indonesia negara yang majemuk, dan kemajemukan itu adalah perekat perbedaan yang ada,” jelas Amrizal.
Melalui literasi digital, Amrizal berharap masyarakat bisa mengenali perbedaan berita bohong dan benar, mencegah terseberluaskannya ujaran kebencian dan menghindari aksi adu domba.
“Masyarakat yang terliterasi adalah masyarakat yang cerdas, yang tidak akan termakan tipu daya penyebarluasan paham radikal terorisme melalui kedok informasi bohong, ujaran kebencian dan adu domba,” pungkas Amrizal.
Ketua FKPT Sumatera Utara, Zulkarnain Nasution, dalam sambutannya meminta peserta mengikuti jalannya kegiatan dengan baik. Kegiatan literasi digital tersebut diharapkan mampu menjadikan Medan sebagai kota yang damai, secara luas mendorong terciptanya kedamaian Sumatera Utara dan Indonesia.
Kegiatan Literasi Digital sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat dilaksanakan oleh BNPT dan 32 FKPT se-Indonesia sepanjang tahun 2018. Kegiatan ini juga diisi dengan lomba karya jurnalistik untuk awak media dan anggota pers mahasiswa, dengan karya yang dilombakan berjenis indeph reporting. Lomba ini mengangkat tema kearifan lokal sebagai sarana pencegahan radikalisme dan terorisme. [shk/shk]