Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia
(BNPT RI) meluncurkan buku kritik seri materi tauhid For The Greatest
Happiness di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Jumat (26/7/2024). Buku
itu merupakan kontra narasi terhadap buku karangan pimpinan Jamaah
Ansharud Daulah (JAD) Abu Sulaiman Aman Abdurrahman yaitu buku seri
materi tauhid For The Greatest Happiness. Diharapkan dengan buku ini
bisa meluruskan doktrin-doktrin terorisme oleh Aman Abdurrahman dan
kelompoknya JAD.
“Kita disini mengajak semua kalangan, untuk memerangi radikal teroris
dengan memutus rantaimmelalui kolabarosi kerjasama semua pihak.
Kegiatan pada hari ini salah satu bentuk kerjasama kolaboratatif untuk
mengoptimalkan kerjasama penanganan tindak pidana teroirsme,” ujar
Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT RI Irjen Pol.
Ibnu Suhaendra saat memberikan sambutan pembukaan.
Irjen Ibnu mengungkapkan, keberadaanbuku-buku seperti karangan Aman
Abdurrahman sangat berbahaya. Pasalnya, buku-buku bisa dengan mudah
didapat, terutama di internet. Hal itulah yang membuat maraknya
penyebaran paham radikal terorisme melalui dunia maya.
Menurutnya, radikal terorisme mengancam kedaulitan negara dan
perdamaian dunia, serta merguikan masyarakati. Apalagi seperti
diketahui bersama jaringan teroris global ISIS dan Alqaeda masih aktif
melakukan aksi teror, baik propaganda radikal maupun melancarkan
serangan terhadap subyek yang mereka anggap tidak sepaham dengan
mereka.
aksi seperti tersebut di beberapa negara seperti di Suriah, Irak,
Afghanistan, Nigeria, dan beberapa negara lain di dunia. Bahkan
beberapa waktu lalu ISIS melancarkan serangan di sebuah gedung konser
di Rusia.
Sementara, lanjut Deputi 2 BNPT, di dalam negeri, serangan teror fisik
dapat dikatakan mengalamai penurunan, tapi dibawah permukaan kelompok
teror masih aktif melakukan radiakliasi, rekrutmen, pelatihan, dan
pengumpulkan dana.
“Kepolisian dalam hal ini Densus 88 terus melakukan penindakan pelaku
teorisme sejak Janurari hingga Juni 2024. 24 tersangka teror telah
ditindak,” kata Irjen Ibnu.
Ia melanjutkan bahwa pelaku teror biasanya bergabung dengan jaringan
teror. Di Indonesia salah satu jaringan teror adalah Jamaah Asharud
Daulah (JAD) pimpinannya Ustaz Abu Sulaiman Aman Abdurrahman.
“Meski Aman Abdurrahman telah dijatuhi hukuman mati, pergerakan
jaringan terpantau aktif, mereka melakakukan kajian dihadiri anggota,
simpatisan, eks napiter,” ungkapnya.
Jebolan Akpol 1993 ini mengatakan, Aman Abdurrahman mempunyai
Pesantren Ibnu Mas’ud di Bogor. Beberapa waktu lalu, para santri dan
pengurus ibnu Mas’ud, berangkat ke Suriah gabung ISIS. Tidak hanya
itu, para santrinya juga berusaha melakukan menterjemahkan buku
jaringan ISIS ke Bahasa Indonesia dan dikirim melalui media sosial.
Dari buku-buku itu, akhirnya banyak orang Indonesia terpapar dan
akhirnya terjadi serangan teror di Indonesia, termasuk bom bunuh diri
Selain itu, tambah Irjen Ibnu, di media sosial, mereka juga melakukan
berbagai propaganda ajaran anti Pancasila, takfiri, dan intoleransi
terhadap keberagaman dan pluralisme.
“Buku karangan Aman Abdurrahman ini isinya tahapan untuk menjadi
pelaku bom bunuh diri. Isinya pembatalan keislaman, kafir demokarsi,
thogut ansor thogur, khilafah, keistimewaan istihadi, kemudian mati
syahid. Tujuh langkah ini yang membuat warga kita tergabung JAD dan
kemudian melakukan aksi bom bunuh diri,” terangnya.
Sejak april 2023, ungkapnya, berdasarkan keputusan pengadilan, buku-
buku yang disita dari terdakwa terorisme, diserahkan ke BNPT untuk
diakukan pengajian. Dari situ Direktorat Penegakkan Hukum (Digakkum)
BNPT melakukan inisittif dan analiasa salah satu buku yang berpengaruh
yaitu buku Seri Materi Tauhid For The Greatest yang disita dari pelaku
tindak pidana terorisme anggota JAD,” paparnya.
Ia meminta agar Dirgakkum BNPT tidak hanya mengkritisi buku Seri
Materi Tauhid For The Greatest ini saja, tapi ada satu buku lagi yang
harus dilakukan kontra narasi yaitu Muslimah Berjihad karangan Bambang
Sukirno, alumni Afghanistan angkatan kedua Jamaah Islamiyah. Bambang
Sukirno sendiri kemarin ikut Deklarasi Pembubaran JI. kemarin
deklarasi pembubaran ji
“Buku ini mejnginspirasi pelaku bom bunuh diri di Katedral Makassar.
ini jadi PR kita, bahwa buku-buku ini harus hilang di dunia maya.
tidak boleh beredar, sedangkan orangnya masih di luar. itu harapan
saya,” ucap Irjen Ibnu.
Buku kriik seri materi tauhid “For The Greatest Happiness” ditulis
oleh empat pakar terorisme yaitu Dr Solahuddin, ahli jaringan
terorisme, Prof JM Muslimin MA, PhD, Guru Besar UIN Syarif
Hidayatullah, Al Hafiz Kurniawan MHum, penulis keislaman, redaktur NU
Online, dan mantan murid Aman Abdurrahman, Alex Abu Qutaibah.
Hadir juga para penanggap antara lain Prof Didik, guru besar IAIN
Cirebon, mantan napiter Ustaz Sofyan Tsauri, Ustaz Haris, dan dari
Densus 88.