Bogor – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Kementerian Agama, sepakat menjalin kerjasama dalam upaya penanggulangan radikalisme dan terorisme. Ribuan penyuluh agama yang tersebar di pelosok tanah air akan dilibatkan dalam kegiatan pencegahan.
Kepala Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Andi Intang Dulung, membenarkan adanya kerjasama antara pihaknya dengan Kementerian Agama. Pelibatan penyuluh agama tersebut akan dilaksanakan di tahun anggaran 2018, roadshow di 32 provinsi di Indonesia.
“Kami sudah matangkan kerjasama ini,” kata Andi Intang di Bogor, Rabu (10/1/2018).
Nantinya pelibatan penyuluh agama ini akan dilaksanakan dalam bentuk pelatihan, salah satunya pembuatan naskah dakwah, dengan konsentrasi pencegahan penyebarluasan paham radikalisme dan terorisme.
“Penyuluh agama selalu di garda terdepan memberikan penyuluhan ke masyarakat. Kami ingin mereka membantu mensosialisasikan bahwa tidak ada ajaran agama apapun yang mengajarkan terorisme, bahwa terorisme tidak dibenarkan dalam ajaran agama,” jelas Andi Intang.
Direktur Penerangan Kementerian Agama, Khoirudin, menyambut baik adanya kerjasama dengan BNPT dalam upaya penanggulangan radikalisme dan terorisme. Saat ini terdapat 45 ribu penyuluh agama yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
“Sesuai yang kami bicarakan dengan BNPT, target kami ada sekitar 3000 sampai 5000 yang tahun ini bisa dilibatkan. Memang bertahap, tahun-tahun berikutnya diharapkan bisa terus tertambah,” kata Khoirudin.
Adanya kerjasama dengan BNPT, lanjut Khoirudin, diharapkan juga mampu meningkatkan kesejahteraan penyuluh agama yang selama ini mendapatkan honor Rp.500 ribu per bulan. “Dengan BNPT mereka akan mendapat tambahan honor. Semoga ini membantu (meningkatkan kesejahteraan) mereka,” tandasnya.
Dipilihnya penyuluh agama sebagai objek dalam penanggulangan terorisme karena posisinya yang sangat strategis. Di antaranya keberadaan mereka di tengah-tengah masyarakat di daerah-daerah terpencil yang dinilai rawan menjadi sasaran penyebarluasan radikalisme dan terorisme.
“(Kerjasama) ini sangat strategis. Mereka terlatih dan memiliki kemampuan mendeteksi penyebarluasan radikalisme, jadi diharapkan bisa meningkatkan kewaspadaan masyarakat,” pungkas Khoirudin. [shk/shk]