Palu – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menilai radikalisme dan terorisme dapat diatasi salah satunya dengan penguatan pada sisi seni. Untuk itulah, melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), BNPT menggelar Dialog Komunitas Seni Budaya Dalam Pencegahan Terorisme, di Ballroom Swiss Bel hotel Kota Palu, hari ini, Kamis (24/03/17).
Dihadiri oleh 100 peserta, dialog ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan terkait bahaya radikalisme dan terorisme serta peran sastra dan seni dalam upaya pencegahannya. Diungkapkan oleh Andi Tjatjo, salah satu narasumber dialog ini, masyarakat di Tanah Kaili sangat ramah, karenanya radikalisme dan terorisme seharusnya tidak mendapat tempat di tengah masyarakat, namun ia menyebut keramahan ini justru kerap menjadi jalan masuk bagi paham-paham asing yang belum tentu memiliki dampak positif bagi masyarakat.
Salah satu sebabnya, masyarakat lemah dalam menyaring masuknya paham-paham baru. Karenanya ia meminta pemerintah untuk turun tangan langsung dan memberikan bimbingan terhadap masyarakat. Menurutnya, masyarakat perlu diberi penguatan terkait budi pekerti, termasuk juga fasilitas untuk pengembangan bakat anak-anak muda, sehingga mereka memiliki kesibukan yang bersifat positif dan konstruktif.
Sementara Direktur Deradikalisasi BNPT, Prof. Irfan Idris menyatakan bahwa masyarakat Palu sebenarnya tidak ada yang radikal, apalagi teroris. Mereka hanya dimanfaatkan berdasarkan wilayahnya. Menurutnya, orang sudah terlanjur salah mengira bahwa orang Palu keras, “Padahal orang Palu ramah dan banyak senyum,” ungkapnya.