Palu – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memastikan, Lebaga Pemasyarakatan (Lapas) khusus untuk terpidana kejahatan terorisme akan segera dioperasikan.
“Namanya Lapas Kelas IIB Sentul, lokasinya di Sentul, Jawa Barat,” kata Sekretaris Utama BNPT, Mayjen. (TNI) R. Gautama Wiranegara dalam sambutannya di pembukaan Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (26/5/2016).
Dikatakan juga oleh Gautama, pembangunan Lapas khusus terpidana terorisme tersebut saat ini sudah memasuki tahap finishing. “Sekarang sedang dilakukan penguatan pagar,” tambahnya.
Dalam sambutannya Gautama juga mengungkapkan, sejak dilakukan penanganan serius terhadap terorisme pada tahun 1999, hingga bulan April 2016 sudah terdapat 1114 pelaku terorisme yang berhasil ditangkap. Dari jumlah tersebut 834 orang sudah diajukan ke persidangan dan mendapatkan vonis, 531 orang sudah bebas, dan 333 sisanya masih menjalani hukuman.
“(Penempatan di Lapas khusus) ini bagian dari pencegahan agar terorisme tidak semakin menyebar,” tegas Gautama.
Sementara untuk penanggulangan terorisme secara utuh, disampaikan juga oleh Gautama, BNPT tetap menggunakan dua pendekatan, yaitu hard approach dan soft approach. Untuk hard approach BNPT mengedepankan pada penguatan intelejen dan koordinasi dengan instansi terkait, sementara soft approach melalui pelibatan masyarakat.
“Termasuk kegiatan kita pagi ini adalah bagian dari pelibatan masyarakat. Tepatnya pelibatan media massa dalam pencegahan terorisme, karena memang media massa memiliki peran yang sangat strategis dalam hal ini,” urai Gautama.
Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme dilaksanakan BNPT dengan menggandeng Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di 32 provinsi se Indonesia. Kegiatan di Palu di antaranya menghadirkan narasumber President of Southeast Asia Press Alliance (SEAPA) Eko Maryadi, Wapemred Radar Sulteng Rahmad Bakri, dan Ketua Prodi Komunikasi FISIP Universitas Tadulako, Muhammad Khairil.