Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kembali menggelar Focus Group Discussion (FGD) ke-II Penyusunan Buku Panduan Sistem Keamanan pada Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dalam Menghadapi Ancaman Terorisme. FGD tersebut digelar di Hotel Sehati, Ragunan, Jakarta, Selasa (6/6/2017)
Seperti kita ketahui bersama bahwa aksi terorisme di Indonesia yang terjadi selama ini semakin lama terus semakin berkembang. Kecenderungan saat ini aksi terorisme tidak hanya dilakukan di lingkungan perkantoran, tempat wisata ataupun di kantor kedutaan saja.
Namun belakangan ini aksi terorisme telah merambah ke berbagai tempat. Kawasan Lambaga Pemasyarakat (Lapas) yang selama ini dikenal sebagai tempat untuk membina narapidana yang terlibat dalam kasus hukum bukan tidak mungkin menjadi sasaran aksi terorisme.
Untuk mengatasi hal tersebut tentunya diperlukan panduan terhadap Sistem Pengamanan terhadap Lapas itu sendiri. Dan saat ini penyusunan buku panduan Sistem Pengamanan terhadap Lapas dari Ancaman Terorisme terus digodok melalui acara FGD yang terakhir ini.
“Keberadaan buku panduan yang dibuat BNPT ini tidak bermaksud untuk mengganti peraturan dan kebijakan yang sudah terlebih dahulu ada di lingkungan Lapas. Tapi buku ini dibuat untuk memperkuat peraturan pengamanan yang sudah ada di dalam lapas terutama yang berkaitan dengan penanggulanagan terorisme,” ujar Kasubdit Pengamanan Lingkungan BNPT, Kolonel Czi. Roedy Widodo dalam sambutan pengantarnya di acara tersebut.
Alumni Akmil tahun 1990 ini kembali mengingatkan bahwa aksi yang dilancarkan oleh kelompok terorisme di belahan dunia seperti di Inggris, Jerman, Paris dan Filipina telah dilakukan secara acak dengam sudah merambah ke berbagai tempat.
“Aksi mereka telah menyasar ke berbagai tempat baik di arena konser musik, fasiloitas umum dan sebagainya. Di Indonesia juga terjadi di kawasan Jl. Thamrin dan yang terakhir mereka lakukan di kawasan terminal Kampung Melayu, Jakarta. Dalam melakukan aksinya merekat tidak pilih-pilih sasaran,” ujar pria yang pernah menjadi Kasi Intel Korem 064/Maulana Yusuf ini.
Lebih lanjut dirinya mengungkapkan bahwa pelaksanaan FGD ini adakah upaya BNPT untuk bersinergi dan membangun bersama Kementerian/Lembaga (K/L) terkait Surat Keputusan Menkopolhukan No 77 /2016 tentang pelibatan K/L dalam Penanggulangan Terorisme. “Dimana dalam sinergitas tersebut sudah ada sebanyak 31 K/L yang ikut terlibat dalam penanggulangan terorisme,” ujarnya.
Untuk itu dalam FGD yang terakhir ini pria asli Semarang ini berharap masukan dan saran untuk memperkaya subtansi yang akan ditampilkan dalam buku panduan itu nantinya. “Karena setelah buku panduan ini jadi maka nantinya akan dilakukan workshop untuk disimulasikan. Jika nantinya perlu direvisi ya maka kita revisi agar semakin sempurna,” yang mengawali karir militernya di Batalyon Zeni Konstruksi 13/Karya Etmaka, Direktorat Zeni Angkatan Darat ini mengakhiri.
Acara FGD ini menghadirkan beberapa narasumber Dr. Sri Yunanto (staf ahli Menko Polhukam, Dannie Firmansyah (Kepala Lapas Khusus kelas II B Sentul), AKBP Dominggus Pahnael (Baharkam Mabes Polri) dengan dipandu Drs. Hudianto (mantan Kasubdit Pengamanan Lingkungan BNPT) sebagai moderator. Selain itu hadir pula dari BAIS TNI, Densus 88/Anti Teror Polri, Ditjen Pemasyarakatan, Pemadam Kebakaran, para peneliti dan juga praktisi.