Bedah Buku Bayang – Bayang Terorisme dengan sub tema Potret Genealogi dan Ideologi Terorisme di Indonesia, dilaksanakan di Auditorium Perpustakaan Nasional RI, Selasa (8/12/2020). Menghadirkan narasumber Brigjen. Pol. R. Ahmad Nurwahid, M.M Direktur Pencegahan BNPT RI sebagai pidato kunci dan narasumber lain seperti Taufan Bakri Ketua FKPT DKI Jakarta, Muhammad Najih Arromadloni Sekjen Alumni Syam, Muhammad Nurul Huda Kepala LPPM Unusia, dan penulis buku Yudi Zulfahri.
Taufan Bakri dalam sambutan pertamanya menyatakan bahwa teroris lebih berbahaya dibanding virus corona, oleh karena itu dikemukakan dalam buku itu. Namun dalam pandangan Ketua Koordinasi Pencegahan Teroris (FKPT) bahwa tindakan teroris komunikasi politiknya terputus dari sila – sila Pancasila.
Oleh karena itu dalam pemikirannya perlu berkembang agar menjadi literasi, sehingga siapapun yang beraktifitas dibawah (kampung-kampung). FKPT selalu merangkul emak – emak karena emak – emak dipercaya cerewet dan bisa membantu pencegahan teroris.
Lebih lanjut diungkapkan Warek III Universitas UNUSIA Dr. KH. Mujib Qulyubi, M.H mewakili ketidakhadirian Rektor UNUSIA, bahwa soal terorisme sudah menjadi konsen di NU sejak pertama kali berdiri tahun 1920. “Saat itu kyai kyai dikumpulkan, mereka sudah rembug dan berdoa hingga mendapat ilham,” terangnya.
Karena itu kata Warek III bahwa Unusia dan BNPT sangat tepat sekali membantu pemerintah mencegah tindakan teroris melalui program studi karena prodi yang ada di UNUSIA harus mencintai agama dan negara, sehingga mahasiswa yang menimba ilmu di UNUSIA dapat mencegah virus teroris.
“Teroris sebagai kejahatan yang luar biasa atau Crime Extra Ordinar,” kata Brigjen Pol Ahmad Nurwahid Sebagai Direktur Pencegahan BNPT.
Lebih jauh diungkapkan Direktur, yang sebelumnya di Densus 88 dan dipercaya menjabat Direktur Pencegahan agar bisa mencegah tindakan teroris dari hulu, kerap menggunakan ilmu kriminologi karena setiap manusia memiliki potensi kejahatan setelah bertemu dengan kesempatan sehingga terjadi kejahatan.
“Akar terorisme adalah ideologi dan genealogi karena tiap manusia memiliki potensi radikal ketika dipicu oleh politisasi, kemiskinan, kebodohan, serta sistem politik yang lemah,” tandas Ahmad Nurwakhid.
Oleh karena itu untuk mencegah tindakan terorisme perlu adanya ketegasan baik TNI/Polri, karena ketegasan itu penting menghadapi masyarakat yang heterogen yang kerap muncul konflik terbesar di dunia.
Ironis kata Ahmad, Eropa negara besar bisa menjadi pecah, namum diungkapkan Deputi Pencegahan BNPT Indonesia memilki berbagai macam suku dan bahasa dapat disatukan dengan konsensus empat pilar yang telah disepakati.
“Menanggulangi terorisme dengan pemahaman agama yang kaffah, vaksinnya akhlaqul karimah hingga mwnjadi islam rahmatan lil alamin,” terangnya.