BNPT Kembali Pertemukan Penyintas dan Mitra Deradikalisasi, Kali Ini di Sulteng

Palu – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia
(BNPT RI) kembali mempertemukan penyintas dan mitra deradikalisasi
(mantan narapidana kasus terorisme) dalam sebuah forum Silaturahmi
Kebangsaan. Kali ini Silaturahmi Kebangsaan antara Penyintas dan Mitra
Deradikalisasi digelar di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) di Palu,
Rabu (23//8/2023). Diharapkan melalui kegiatan ini para penyintas dan
mitra deradikalisasi dapat saling menguatkan dan saling bersilaturahmi
guna menciptakan Indonesia yang damai dan harmoni.

“Saling memaafkan dan saling memberikan support masing masing sehingga
kedepannya akan kuat untuk solidaritas atau mungkin persatuan kesatuan
antara penyintas dan mitra dengan tujuannya untuk satu, persatuan dan
kesatuan Indonesia, Untuk Indonesia yang harmoni, untuk Indonesia yang
aman dan damai,” kata Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan
Deradikalisasi BNPT RI, Mayjen TNI Nisan Setiadi, S.E., M.Si. saat
memberikan sambutan.

Nisan mengungkapkan bahwa Silaturahmi Kebangsaan ini merupakan
momentum untuk mereka menjadi duta perdamaian dalam rangka mencegah
menjamurnya ideologi kekerasan dan radikalisme.

“Menggugah semangat para penyintas dan mitra deradikalisasi untuk
menjadi duta perdamaian bagi negara dan berkontribusi dalam perumusan
strategi dan rekomendasi dalam menjaga perdamaian antar umat manusia.
Selain itu lebih jauh lagi dapat berkontribusi secara langsung bagi
upaya pencegahan terorisme melalui upaya kesiapsiagaan nasional,
kontra radikalisasi dan deradikalisasi,” tambahnya.

Di kegiatan itu juga dilaksanakan Deklarasi Kebangsaan yang dibacakan
oleh perwakilan penyintas dan mitra deradikalisasi dan diyakini bahwa
rekonsiliasi ini merupakan pintu yang dapat membuat bangsa lebih kuat.
Sehingga ketika seluruh komponen bangsa bersatu menjadikan terorisme
sebagai musuh bersama, maka damainya NKRI akan terjamin.

“Deklarasi yang disampaikan bersama-sama disampaikan dengan tulus
ikhlas dan tidak ada perasaan dendam lagi, tidak ada hal-hal yang
menjadi ganjalan. Mereka sekarang bersatu kemudian melaksanakan
kegiatan bersama sama dan diharapkan kedepannya akan terjadi interaksi
diantara penyintas dengan mitra, khususnya di daerah sulawesi tengah,”
sambung Nisan Setiadi.

Koordinator penyintas wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, Daniel Doeka
mengatakan hal yang senada. Dirinya mengaku bahwa kegiatan ini
merupakan wujud dari kebersamaan dalam kehidupan bernegara yang
bernilai positif.

“Kami bisa mencurahkan segala energi positif dan kami dapat
berinteraksi dengan teman-teman mitra dan penyintas kami satu dalam
acara ini sungguh menggembirakan. Kami juga sudah mendengar langsung
dari mitra yang menyadari kesalahan meminta maaf dan kami juga dari
penyintas kami sudah memaafkan. Saya kira ini pesan damai yang ingin
kita sampaikan dan sebarluaskan,” ujar penyintas dari tragedi bom
Pasar Mahesa Palu tahun 2005 silam.

Di lain pihak, Imran merupakan seorang mitra deradikalisasi dimana
dirinya terlibat tindak pidana terorisme dalam bentuk pembentukan
kelompok taklim dan perekrutan anggota kelompok MIT di wilayah Palu
dan Poso, Sulawesi Tengah mengaku bahwa kegiatan ini menjadi jalan
bagi dirinya untuk dapat meminta maaf secara langsung kepada para
korban.

“Saya ingin bertemu dengan para penyintas, dalam arti kata melalui
lewat acara ini saya mewakili teman-teman untuk bisa meminta maaf
kepada mereka yang sudah menjadi korban dari apa-apa yang dahulu kami
lakukan,” pungkasnya.

Kegiatan ini menghadirkan 32 Penyintas dari tragedi Palu, Tentena dan
Poso serta 8 Mitra Deradikalisasi dari Sulawesi Tengah.