Palangka Raya – Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris, mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak bercanda soal bom di tempat keramaian, khususnya bandara.
“Soal bom, benda tajam atau senjata api, jangan sekali-kali bicara sembarangan, khususnya di bandara. Itu bisa menimbulkan kesalah pahaman pihak bandara,” kata Irfan di sela penyampaian pidato kunci pembukaan kegiatan Pelibatan Komunitas Seni dalam Pencegahan Terorisme di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis (27/4/2017).
Irfan menambahkan, kesalah pahaman dengan pihak bandara akibat gurauan tentang bom, bendata tajam atau senjata api, tidak hanya merugikan pihak yang melakukannya. Masyarakat umum yang tidak seharusnya menjadi korban bisa terkena dampaknya. “Misalnya di bandara, pasti akan mengakibatkan delay. Itu merugikan masyarakat umum,” ujarnya.
Terkait terorisme, dalam pidatonya Irfan kembali menegaskan jika kejahatan itu tidak memiliki keterkaitan apapun dengan agama. Dia juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama menghindari kemungkinan terpapar paham radikal terorisme.
“Indonesia itu kaya. Jangan pernah berfikir sempit dengan merasa paling benar dan mengkafirkan masyarakat lainnya,” pesan Irfan.
Mengenai adanya masyarakat yang tertarik bergabung dengan kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), Irfan menyebut akibat kegagalan memahami makna jihad.
“Saya contohkan perempuan-perempuan yang akhirnya menjadi budak seks di Suriah. Mereka awalnya tergiur untuk melakukan jihad ke Suriah, tapi tidak mampu memahami bahwa yang terjadi di Suriah sebenarnya adalah peperangan,” jelas Irfan.
Kegiatan dialog Pelibatan Komunitas Seni dalam Pencegahan Terorisme dilaksanakan oleh BNPT dan FKPT, dan akan diselenggarakan di 32 provinsi se-Indonesia di sepanjang tahun 2017. [shk]