Palu – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia
(BNPT RI) berharap para guru, khususnya di Sulawesi Tengah (Sulteng)
menjadi agen pencegahan radikal terorisme di lingkungan sekolah dan
masyarakat. Keterlibatan para guru ini sangat penting karena anak muda
atau siswa sekolah menjadi target utama kelompok radikal terorisme
untuk menyebarkan paham kekerasan dan anti NKRI.
“Kami berharap dengan kegiatan ini, para guru bisa menyampaikan pada
murid dan orang terkasih kita. keluarga, grup WA, tetangga, sehingga
nanti bapak ibu guru bisa jadi agen pencegahan radikal terorisme di
lingkungan masyarakat. Bagaimanapun BNPT tidak mungkin memberikan
sosialisasi kepada seluruh guru di Indonesia, dengan keterbatasan yang
ada,” ujar Kasubdit Kontra Propaganda BNPT RI Kolonel Sus. Drs. H.
Solihuddin Nasution, MSi, di Palu, Sulteng, Rabu (22/11/2023).
Harapan itu disampaikan Kasubdit KP BNPT RI saat memberikan sambutan
sekaligus membuka kegiatan “Pendidikan Guru Dalam Rangka Pencegahan
Radikal Terorisme di Satuan Pendidikan” di Aula SMA 1 Palu. Kegiatan
itu diikuti 150 peserta guru dari SMA 1 Palu dan beberapa SMA dan MA
di Kota Palu. Hadir dalam kegiatan itu, Kepala Sekolah SMA 1 Palu, Drs
Dahlam Mohamad Saleh, SPd, MSi, Sekretaris Dinas Pendidikan Sulteng
Dr. Azrul Ahmad SPd, MSi,.
Untuk itulah, kata Kasubdit KP, kegiatan digelar untuk memberikan
pemahaman kepada para guru agar mengetahui bagaimana kelompok teror
memapar target. Tidak hanya masyarakat awam, bahkan seorang profesor,
rektor, TNI, Polri, dan seluruh lapisan masyarakat bisa terpapar
radikal terorisme.
“Faktanya ada, guru bisa terpapar, murid bisa terpapar, makanya kami
dari BNPT selalu berusaha mengajak seluruh elemen bangsa termasuk
pendidikan untuk bersama memberikan pemahaman terutama kepada anak
didik dan orang terdekat, bagaimana kelompok terorisme bisa menyasar
semua orang,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan, dari hasil penelitian yang paling banyak terpapar
dari anak muda berusia 13-32. Untuk itu, kegiatan seperti ke depan
akan lebih sering digelar sebagai upaya memberikan imunitas kepada
anak didik dari paparan radikal terorisme. Dan kegiatan di SMA 1 Palu
ini menjadi kegiatan perdana.
“Inilah tujuan digelar pelatihan guru. Hari ini pilot project kita.
Tahun depan kita latihan seperti ini terutama di 10 wilayah yang
indeks resiko terorisme tinggi yangn kita utamakan,” tuturnya.
Menrutnya, dunia pendidikan harus melaksanakan fungsinya sesuai tugaas
dan tupoksi masing-masing. Diamanakahkna uu yang wajib hukumnya kita
laksanakan dan dilaporkan ke kemendikbud. Kemudian Mendikbut
melaporkan ke Wakil Presiden (Wapres). Kegiatannya bisa yang sudah ada
dan bukan membuat kegiatan baru. Dengan demikian diharapkan masyarakat
kita bisa ikut dalam pencegahan radikal terosime
Diharapkannya nanti masyarakat punya resiliensi, punya imunitas, ketia
mereka mengetahui bagaiman terorisme memepar seorang, lewat apa
termonologi keaagamaan agama mereka melakukan pendekatan dan memapar.
“Kami dari BNPT sangat berterima keasih pada bapak ibu dan semua
pihak, terutama SMA 1 Palu , dimana sama-sama kita mengusung visi
Sekolah Damai di Sulteng. Saya yakin ini jadi visi kita semua. Kami
berharap seluruh level sekolah jadi Sekolah Damai yang bersih dari
intoleransi, radikalisme, dan bullying,” tadnasnya.
Sementara Kepala Sekolah SMA 1 Palu Drs. Dahlan Mohammad Saleh, SPd,
MSi, berterima kasih kepada BNPT dengan digelarnya pelatihan guru ini
di sekolahnya.
“Bersyukur pada hari ini kegiatan Pelatihan Guru Dalam Rangka
Pencegahan Radikal Terorisme di Satuan Pendidikan ini. Karena memang
kita ketehui masalah terorisme perlu didahulu dengan pencegahan. Ini
salah satu bentuk bagaimana BNPT berusaha untuk melaksanakan
model-model pencegahan,” kata Dahlan.
Menurutnya, semua tahu bahwa salah satu modus dari kelompok yang
mengatasnamakan teroris, meski mereka tidak suka disebut menyasar kaum
remaja. Karena itu siswa perlu diberikan pemahaman melalui para guru
terkait pencegahan radikal terorisme.
“Ini penting bila dari siswa itu sendiri diberikan pemahaman,
penjelaasan, pengetahuan, sehingga selanjutkan anak-anak kita mau ke
Perguruan Tinggi, mereka sudah dapat bekal bagaimana menangkal paham
radikal,” ungkapnya.
Sebagai kepala sekolah, ia menyambut baik kegiatan ini. Kedepan ia
berharap kegiatan ini akan melibatkan guru dari tempat lain, juga
siswa dari sekolah lain di Palu.
Sekretaris Dina Pendidikan Sulteng Dr. Asrul Ahmad SPd, MSi,
mengapresiasi kegiatan pelatihan ini. Menurutnya, ada tiga dosa besar
dalam dunia pendidikan yaitu intoleransi, kekerasan termasuk kekerasan
seksual, dan buli.
Ia berharap dengan kegiatan ini para guru bisa meningkatkan
pemahamannya keterkaitan antara intoleransi dengan radikal terorisme
dan bagaimana penyebaran terorisme itu masuk ke satuan pendidikan.
“Intinya bagaimana kita mampu mengimplementasikan visi dan misi apa
itu buli, intoleran, kekerasan, kita tahu. Tapi ketika bicara
implementasi tentunya butuh peran dan tanggung jawab serta perhatian
sungguh-sungguh,” katanya.