Pekanbaru – Meski kerap disangka berasal dari pemahaman yang salah atas ajaran agama, terorisme nyatanya bukan hanya tentang kesalahan itu; paham kekerasan ini mencakup kompleksitas yang lebih luas, salah satunya adalah aspek ekonomi. Hal ini ditegaskan oleh Bagus Aryo dalam sebuah dialog pencegahan terorisme yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Manado, hari ini, Rabu (26/10/16).
“Sekarang ada kesenjangan ekonomi yang tampak jelas; yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Ekomomi bukan masalah, tetapi salah satu faktor yang membuat mengapa seseorang memilih menjadi pelaku terorisme”.
Lebih lanjut ia menjelaskan imbas langsung dari aksi terorisme adalah kelumpuhan aktifitas ekonomi, bukan saja di tempat kejadian, tetapi juga meluas hingga ke daeah-daerah lain. “Terorisme akan berdampak pada ekonomi, ketika terjadi pengeboman, secara otomatis pergerakan ekonomi akan lumpuh, tidak ada aktivitas jual-beli dan ekspor-impor barang”.
Meski begitu, ia juga mengungkap bahwa aspek ekonomi bisa digunakan untuk melakukan deradikalisasi, atau mengembalikan mereka yang radikal menjadi tidak radikal, yakni dengan memaksimalkan pendekatan berbasis kesejahteraan ekonomi.
Ia pun mendorong masyarakat untuk memberi bantuan berbasis ekonomi kepada orang atau kelompok yang dianggap radikal, yakni dengan memberi mereka pekerjaan atau memberi kesempatan pada mereka untuk menghasilkan karya positif. Dengan begitu, perekonomian mereka pun akan membaik dan dengan sendirinya, pola pikir radikal akan hilang tergantikan dengan kesibukan bekerja atau berkarya.