Jakarta – Terorisme merupakan kejahatan yang luar biasa (extraordinary crime) dan telah menjadi ancaman keamanan dunia yang serius hingga saat ini. Oleh karena itu, cara negara untuk menghadapi dan mengantisipasi serangan terorisme ini juga harus luar biasa.
Berbagai serangan teror telah merenggut nyawa ribuan orang tak berdosa dengan menghancurkan fasilitas publik dan fasilitas strategis termasuk satuan pendidikan kerjasama (SPK) yang sering dikenal dengan sekolah internasional. Kebutuhan terhadap sistem keamanan lingkungan SPK ini dalam menghadapi ancaman terorisme merupakan sebuah hal yang sudah tidak dapat ditawar lagi keberadaannya.
Untuk itu, Sub Direktorat Pengamanan Lingkungan pada Direktorat Perlindungan di Kedeputian I Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menggelar acara Focus Group Discussion (FGD) 1 Penyusunan Buku Panduan Sistem Keamanan Lingkungan Satuan Pendidikan Kerjasama Dalam Menghadapi Ancaman Terorisme TA.2017.
“Penyusunan buku panduan ini sebagai tindak lanjut dengan telah disosialisasikannya SOP (Standar Operational Prosedur) Penanganan Aksi Terorisme di lingkungan Satuan Pendidikan Kerjasama (Sekolah Internasional) pada akhir tahun 2016 lalu di Bali,” ujar Kaubdit PAM Lingkungan BNPT, Kolonel Czi. Roedy Widodo di lokasi acara Hotel Sahati, Kamis (27/4/2017).
Dikatakan mantan Dandim 0603/Lebak ini menjelaskan, maksud dari disusunnya buku panduan tersebut sebagai pedoman bagi BNPT dan pemangku kepentingan lainnya dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam melakukan pengamanan lingkungan SPK dalam menghadapi ancaman terorisme.
“Yang tentunya memiliki tujuan untuk memudahkan petugas BNPT dan pemangku kepentingan lainnya dalam memahami dan menjalankan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya untuk melaksanakan pengamanan dan melakukan tindakan pencegahan dan penanganan lain yang diperlukan terhadap ancaman teorisme yang terjadi di lingkungan SPK,” ujar pria yang pernah menjadi Kasi Intel Korem 064/Maulana Yusuf ini.
Karena menurutnya, maraknya berbagai ancaman dan aksi teror yang dialamatkan pada fasilitas milik publik seperti kantor pemerintahan, lembaga pemasyarakatan (lapas) bahkan sekolah yang merupakan tempat berkumpulnya para generasi penerus bangsa menjadi fakta terkini yang memperlihatkan bahwa tindakan brutal teroris tersebut telah berhasil merenggut rasa keamanan dan kenyamanan masyarakat.
“Karena aksi terorisme ini juga memunculkan kerugian materil yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada lintas dimensi stabilitas politik, keamanan dan perekonomian nasional serta hilangnya kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia merupakan hal yang tidak boleh sampai terjadi pada bangsa ini,” ujar alumni Akmil tahun 1990 ini mengakhiri.
Guna memaksimalkan penyusunan buku tersebut maka acara ini dihadiri stakeholder atau pemangku kepentingan seperti dari Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Polri, Detasemen Khusus (Densus) 88, Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), kalangan akademisi dan juga para perwakilan dari berbagai sekolah-sekolah internasional yang ada di Jakarta, praktisi dan juga peneliti.