Media pemberitaan, seperti diakui oleh wakil ketua KPI Pusat, Idy Muzayyad, memiliki potensi besar dalam menangkal penyebaran paham radikalisme. Hal ini disampaikannya dalam talk show “penigkatan peran media penyiaran dalam pencegahan paham ISIS” di Hotel Sahid Jaya Jakarta. Kegiatan yang dilaksanakan oleh BNPT ini menghadirkan 4 narasumber, yakni; Idy Muzayyad, Komjen Pol. Drs. Saud Usman Nasution (kepala BNPT), Gun-gun heriyanto (akademisi), dan Ikang Fauzi.
Dalam paparannya, wakil ketua KPI pusat itu bercerita bahwa sekitar 2 tahun yang lalu terdapat siaran selama 1 jam penuh di sebuah TV nasional yang menayangkan sebuah tayangan berisi muatan radikalisme, dimana pembicara dalam tayangan itu mengumpat pancasila dan demokrasi.
Dari situ KPI menyadari bahwa penyebaran paham kekerasan radikalisme bukan saja bergantung pada sikap hati-hati, baik dalam menyiarkan maupun menerima berita, tetapi juga bergantung pada policy. Pemerintah harus memiliki perangkat kebijakan yang memiliki dasar hukum kuat untuk memastikan bahwa tayangan yang disampaikan kepada masyarakat tidak melebihi batas.
Tayangan 17 jam non-stop tentang penangkapan tersangka terorisme di Temanggung beberapa tahun yang lalu misalnya, merupakan contoh betapa pemberitaan tentang terorisme juga menyimpan potensi penebaran propaganda dalam bungkus yang lain. Hal ini harus menjadi perhatian utama, karena sebagaimana disampaikan oleh Gun-gun Heriyanto, media memiliki potensi untuk melakukan konstruksi realitas. Media, dengan kata lain, memiliki kemampuan untuk menentukan mana yang ‘nyata’ dan mana yang ‘tidak nyata’.
Talk show yang dipandu oleh vivi aleyda yahya ini masih berlangsung hingga saat ini.