BNPT Gandeng Eagle Institute Metro TV Kampanye Anti Terorisme melalui Film Dokumenter

Jakarta- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Suhardi Alius , MH pagi ini, Rabu (15/8/2018) menghadiri kegiatan Workshop Pembuatan Film Dokumenter yang akan diselenggarakan selama dua hari di Metro TV. Kegiatan workshop ini merupakan kerjasama antara BNPT dengan Eagle Institute untuk mendorong insan film makers dari kalangan anak muda untuk memproduksi film dokumentasi yang bernuansa kebangsaan dan nasionalisme.

“Generasi milineal memiliki bahasa dan retorika tersendiri yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang sezaman, karena itu kita harus mendukung anak-anak muda untuk aktif menjalin komunikasi dengan anak-anak muda melalui media-media yang tersedia saat ini sehingga anak-anak muda tidak terpengaruh dengan ideologi yang bertentangan dengan budaya dan tradisi bangsa Indonesia khususnya falsaha negara kita, terutama sekali pengaruh paham radikalisme terorisme yang sedang marak beberapa tahun terakhir ini.” ujar Suhardi saat membuka acara workshop tersebut.

BNPT selama beberapa tahun terakhir, menurutnya, telah menggandeng anak-anak muda di seluruh Indonesia dengan membentuk relawan-relawan di duta damai yang jumlahnya kini mencapai hampir 700 orang. Keberadaan komunitas ini sangat mendukung program BNPT dalam pencegahan paham radikalisme terorisme di dunia maya.

” Anak muda adalah penghuni dunia maya yang aktif setiap saat dan memahami retorika anak-anak muda saat ini, karenanya mereka relawan duta damai ini yang kita harapkan untuk mengajak anak muda seusianya.” harap Suhardi.

Mantan Sekretaris Utama Lemhanas  ini mengatakan kerjasama dengan Eagle Award bukan yang pertama kali. Saat dirinya menjabat di Lemhanas juga pernah bekerjasama dengan Eagle Awards yang menanyangkan sejumlah film dokumentasi pada salah satu acara yang dikemas Lemahans untuk memperkuat ketahanan nasional di kalangan bangsa Indonesia.

” Film dokumenter tersebut memberikan insipirasi yang cukup kuat bagi peserta karena yang dimuat adalah bagaimana seorang suster berjuang di sebuah pedesaan untuk kesehatan warga dan film yang bernuansa kebangsaan dan patriotisme.” tuturnya.

Pengemasan pesan kebangsaan melalui film kini sangat dibutuhkan mengingat perubahan zaman. Jika generasi lama belum merasakan nikmatnya teknologi komunikasi, kini anak generasi millenial paling tidak memiliki dua gagdegt satu orang. Kondisi ini menurutnya yang menyebabkan generasi saat ini sangat rentan dengan masuknya paham yang bertentangan dengan nilai-nilai berbangsa dan bernegara kita yang disebarkan melalui kecepatan informasi di dunia maya.

Karena itu, Suhardi meminta kepada mereka yang telah lulus seleksi agar nantinya lebih banyak memberikan konstribusi dalam pembuatan film dokumenter yang bernuansa kebangsaan dan persatuan.

Workshop yang melibatkan 10 orang terbaik dari 120 yang telah diseleksi akan memproduksi lima film dokumenter yang masing-masing satu tim dibagi dua orang yang terdiri dari sutradara dan penulis. Tim ini akan mempresentrasikan film yang mereka buat dan akan diberikan masukan oleh Director film Documenter, Mr. Supriyo Sen, yang sengaja didatangkan dari India.

Sen pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa Indonesia memiliki warisan budaya yang kaya dan dapat dikelola secara baik untuk memperkuat solidaritas dan kesatuan bangsa Indonesia. Indonesia sama dengan India keduanya negara yang pernah dijajah bahkan mungkin India lebih parah karena Inggris membagi negara itu menjadi negara muslim dan negara Hindu yaitu India dan Pakistan. Segregasi warga negara berdasarkan agama ini telah mengakibatkan konfik yang telah merugikan kedua bangsa.

“Nah di sinilah pentingnya film makers untuk berkontribusi memberikan pencerahan kepada masyarakat agar tetap saling menghargai tanpa harus melihat perbedaan.” ujar Sen.  

Sementara itu,  Direktur Eagle Institute, Koen Mie mengharapkan ke depan BNPT dapat semakin bersinergi  dalam memproduksi konten perdamaian melalui berbagai media antara lain video video pendek baik melalui yuotube, whatsapp dan media sosial lainnya. Eagle sangat konsen dalam hal ini dan setiap tahunnya mengusung topik yang  terdiri dari dua kata saja seperti Indonesia tangguh, Indonesia damai dan menjadi Indonesia.

Eagle Institute, lanjut Mie, telah  bekerjasama dengan berbagai instansi seperti Kemenhan, Kementerian pendidikan, Kementerian Kesehatan dan Lemmhanas dan kali ini dengan BNPT. Semua kerjasama ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan bangsa kita.

“Kita  harus bersyukur karena berbagai tantangan yang kita hadapi selama ini tapi Alhamdulillah kita masih bisa berdiri teguh dan kuat dalam menjaga bangsa dan negara.” pungkas Mie.