Pekanbaru – Dalam rangka mendorong peningkatan profesionalisme media dalam peliputan aksi terorisme, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme provinsi Riau menyambangi TVRI Riau/Kepri.
Willy Pramudyah dari Majelis Etik AJI Indonesia dan Jimmy Silalahi dari Dewan Pers datang sebagai utusan BNPT pada media visit kali ini untuk melihat langsung dapur pemberitaan di media. Dalam paparannya, Willy Pramudyah menyampaikan bahwa menyebut ada banyak media yang tidak professional dalam melakukan peliputan terkait kasus terorisme.
“Banyak media sangat tidak profesional dalam memberitakan persoalan teroris. Termasuk pada pemberitaan saat kasus bom Thamrin di Jakarta, baik media elektronik maupun media cetak, ada yang mendapatkan teguran atas pemberitaan hal tersebut,” jelasnya.
“Sebanyak 68 media telah tersosialisasikan mengenai kode etik pemberitaan aksi teroris di seluruh Indonesia selama tahun 2016 oleh BNPT dan hasilnya sudah mulai kelihatan. Bom Samarinda menjadi tolak ukur keberhasilan sosialisasi media oleh BNPT. Pemberitaan bom Samarida sudah tidak terjadi penghakiman dan glorifikasi pemberitaan tentang aksi teroris,” lanjutnya lagi.
Menurut Willy, Simulasi pemberitaan terorisme sangat bermanfaat untuk menghindari pelanggaran kode etik dalam pemberitaan terorisme. Sosialisasi pendidikan literasi media melalui pendekatan budaya ini penting untuk memunculakan peran budaya dalam penanggulangan terorisme. Saat ini, komunitas anti hoax telah terbentuk di Maluku, Kendari, Kaltara dan Kepri.
“Kami dari BNPT berharap bisa deklarasi komunitas anti hoax bersama dengan teman-teman media di Pekanbaru. Modorong komunitas dari Riau memulai literasi berbasis nasionalisme dan budaya setempat,” tutup Willy Pramudiyah. (MAP)